Spiritualitas Berlumpur

| Kamis, 22 April 2021 | 11.34 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com - Setiap kali sayap rohaniku berhasrat melesat ke ketinggian langit, selalu saja tertunda urusan duniawi yang menjadi gaya gravitasi.

Jadilah aku tersandera di keruwetan labirin persoalan hidup. Setiap satu pintu terbuka, masih ada pintu lain yang menghadang. Bagaimana bisa kulepaskan rohaniku dari jebakan kemelekatan?

Seseorang tak bisa meninggikan rohaninya dengan melarikan diri dari tanggung jawab kehidupan. Terperangkap dalam keduniawian juga bisa mematahkan sayap-sayap kerohaniaan.

Jalan pembebasan rohaniku harus bisa berselancar di atas gelombang samudera persoalan hidup tanpa tenggelam di dalamnya. Kemerdekaan rohani harus diraih dengan tetap terlibat dalam dunia tanpa perlu melekat. 

Nirwana makrifatku tak cuma dinanti diraih di ketiggian langit di kejauhan akhirat; bisa langsung dialami di kerendahan lumpur di kedekatan kekinian. 

Berjuang dengan tawakal; berikhtiar seraya berserah diri, itulah jalan pembebasan rohani. Pada setiap dahan yang patah, ada tunas yang tumbuh. Pada setiap helai daun yang jatuh, ada bahan pupuk bagi kesuburan. Apa yang melukai seseorang akan merahmatinya. Dalam berjuang manusia bermakna, dalam bermakna kerohanian meninggi. Dengan rohani yang meninggi, derajat insan kamil bisa didekati. Itulah jalan spiritual sejati.

(Makrifat Pagi, Yudi Latif)


Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI