Pendidikan tanpa Mendidik

| Selasa, 23 November 2021 | 11.39 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com - Dunia pendidikan kita melenceng  jauh dari orbit hakikat pendidikan sesungguhnya.  Paling  jauh, yg dikembangkan dlm sistem  persekolahan kita hanyalah "pengajaran” (onderwijs)-- pemberian materi berkaitan dgn  pengetahuan  dan  keterampilan, dgn mata  pelajaran  yg sarat muatan kognitif.


Bias  pengajaran  membuat  dunia  pendidikan  pd  umumnya  mengabaikan  tugas mendidik:  memberikan  tuntunan  dlm  hidup  tumbuhnya  anak.  Ki  Hadjar  Dewantara mengingatkan  bahwa “pendidikan”(opvoeding)  merupakan sesuatu yg lebih luas dan esensial drpd pengajaran. Pendidikan bermaksud “menuntun segala kekuatan kodrat yg ada pd anak-anak itu,  agar  mereka  sbg  manusia  dan  sbg  anggota  masyarakat  dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yg setinggi-setingginya”. 

Singkat kata, pendidikan adlah proses belajar menjadi manusia seutuhnya dgn mempelajari dan mengembangkan kehidupan sepanjang hidup, yg diperantarai sekaligus  membentuk  kebudayaan.  Dlm  proses  belajar  memanusia  dan membudaya itu, tugas guru bukanlah memaksakan sesuatu pd anak, melainkan menuntun  mengeluarkan  potensi  bawaan  anak  agar  bertumbuh. 

Dari situlah  muncul  istilah  education (Latin:  educare;  ex-ducare)  yg  berarti mengeluarkan  dan  menuntun,  dlm  arti  mengaktifkan  kekuatan  terpendam bawaan sang anak.

Apa  yg  harus  diaktifkan  adalah  budi-pekerti.  Budi  mengandung  arti “pikiran, perasaan dan kemauan” (aspek batin); pekerti artinya “tenaga” atau "daya" (aspek lahir). Alhasil, pendidikan budi-pekerti mengupayakan  bersatunya  pikiran,  perasaan  dan  kemauan  manusia yg mendorong kekuatan tenaga yg dpt malahirkan penciptaan dan perbuatan yg baik, benar dan indah. 

Dgn “budi-pekerti”  anak  didik  diharapkan  berdiri  sbg manusia  merdeka yg mengandung tiga sifat: berdiri sendiri, tidak tergantung pd orang lain, dpt mengatur diri sendiri. Manusia merdeka yg dikehendaki bukanlah pribadi individualistis spt dlm konsepsi libertarian, melainkan pribadi etis yg memahami tanggung jawabnya bg kebajikan hidup bersama.

Oleh: Yudi Latif


Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI