Penggiat Energi Deklarasikan Indonesia OTEC Centre of Excellence

| Kamis, 15 November 2018 | 00.18 WIB

Bagikan:
BernasIndonesia.com Indonesia memiliki  kemampuan secara mandiri dalam mengembangkan, memproduksi, dan  memanfaatkan EBT melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Upaya ini  dilakukan dengan cara mengerahkan seluruh sumberdaya nasional yang bekerja  secara kolaboratif (pemerintah, pasar/industri nasional, perguruan tinggi/lembaga  riset, komunitas termasuk perorangan).

Hari ini, Rabu 14 November 2018, para pemangku kepentingan energi laut Indonesia meluncurkan inisiatif untuk pembentukan Indonesia OTEC Center. OTEC singkatan dari Ocean Thermal Energy Conversion, adalah sistem pembangkit listrik bersumber dari panas laut, yang memanfaatkan perbedaan suhu air di permukaan laut dengan suhu pada kedalaman kurang lebih 1000 meter di dalam air. Acara tersebut dilaksanakan di sela-sela Marine Technical Discussion Forum (MTDF) yang diselenggarakan oleh ALFATEKELITS-Alumni Fakultas Teknologi Kelautan-ITS, di BKI Building Jakarta Utara.

Sebagai bagian dari komunitas yang mendukung kebijakan kedaulatan energi dan dengan melihat potensi pengembangan Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) di Indonesia, maka Alumni Fakultas Teknologi Kelautan (Alfatekelits) mendeklarasikan berdirinya Indonesia OTEC Centre of Excellence (IOCE) yang didukung oleh Ir. Ridwan Hisjam, selaku Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Direktur Utama Biro Klasifikasi Indonesia Rudiyanto, Direktur Pengembangan Sumber Daya Biro Klasifikasi Indonesia, Saifudin Widjaja, dan Guru Besar Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Professor Mukhtasor, perwakilan dari Masyarakat Energi Terbarukan (METI) , Dr. Ismadi Bugis dan Anton Wahjosoedibjo, Pusat Teknologi Rekayasa Industri Maritim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Dr. Erwandi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian ESDM, Yunus Saefulhak, Tidal Brigde BV Indonesia, Latif Gau, perwakilan Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Kementerian Koordinator Maritim Republik Indonesia, Y. Yudi Prabangkara, CENITS-_Center of Excellence for Energy Innovations and Technology Studies_ , diwakili oleh Soni Fahruri, Akuo Energy Indonesia yang diwakili oleh Refi Kunaefi, serta  banyak peserta turut serta juga.

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, menyampaikan bahwa terdapat beberapa tantangan pengembangan energi laut, antara lain: 1. Biaya produksi energi laut relatif lebih mahal; 2) Teknologi energi laut masih banyak yang harus diimpor; 3). Kurangnya pendanaan; 4). SDM masih terbatas baik kuantitas maupun kualitas; 5). Masih nyaman dengan penggunaan energi fosil. (Mayoritas sektor pembangkit lebih memilih PLTU batubara).

Lebih lanjut Ridwan Hisjam menyampaikan agar semua pihak melakukan gotong royong atau kolaborasi agar tantangan pengembangan energi laut dapat teratasi, dan bangsa Indonesia dapat memanfaatkan sebagai berkah dan kesejahteraab bersama.

Pendiri CENITS, Soni Fahruri berpendapat bahwa saat ini eranya melakukan kolaborasi semua pihak melalui konsep Quintuple Helix, dengan aktornya: Pemerintah, Industri, Perguruan Tinggi, Masyarakat serta Sumber Daya Alam (Lingkungan Hidup).  Oleh sebab itu, kami turut andil agar Indonesia OTEC Centre of Excellence (IOEC) menjadi wadah semua pemangku kepentingan.

Ketua Panitia MTDF 2.0, Heru Hermawan, menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi OTEC yang sangat besar, sekitar 50 GW, namun belum dimanfaatkan. Oleh karena itu, perlu dipikirkan bersama mengelola sumber daya yang besar tersebut.

Sebelum menutup pembicaraan, Ridwa Hisjam berpesan agar IOEC sepatutnya diberikan kesempatan untuk berkontribusi sebesar-besarnya dalam pengelolaan dan pengembangan energi laut, khususnya OTEC. (sy)

Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI