Kepo Wakaf Uang

| Jumat, 05 Februari 2021 | 07.22 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com - Cuaca kering dan panas saat itu hampir saja melelehkan gunung, sedang keadaan kaum Muslim sedang sangat sulit sebab paceklik yang melanda. Karena itu Rasulullah menyeru pada kaum Muslim, siapakah yang ingin memberikan hartanya, membiayai jaisyul ‘usrah (pasukan sulit), berjihad ke Tabuk yang berjarak hampir 700 km jauhnya.


Utsman bin Affan datang pada Rasul, menyerahkan 970 ekor untanya, berikut 50 kuda, beserta 700 uqiyah emas (Rp 21.2 milyar, 1 gram emas = Rp 956.000). Abdurrahman bin Auf datang dengan 200 uqiyah emas (Rp 6 M). Umar bin Khaththab datang dengan 1/2 hartanya, dan Abu Bakar malah menyedekahkan 100% hartanya


Para sahabat berinfaq dengan maksimal, ketika Rasulullah sebagai kepala negara menyeru mereka, tanpa khawatir atau ragu dengan rezeki Allah. Semua sahabat berlomba-lomba untuk memenuhi seruan Rasdulullah, dan lebih hebatnya itu semua adalah infaq mereka dalam keadaan sempit dan susah


Kok bisa sih? Ya bisa lah, karena mereka sudah TRUST pada Allah dan Rasul-Nya. Sebab dalam Islam, ketika manusia sudah punya iman (TRUST) pada Allah dan Rasul, maka sangat ringan bagi mereka untuk menginfakkan harta. Tak hanya sekali, tapi kapanpun Allah dan Rasul memerlukannya


Pengorbanan itu tidak tiba-tiba, harus didahului dengan keyakinan. Maka Rasul berpesan pada Muadz saat mengutusnya ke Yaman, untuk mengajak manusia bersyahadat, ajari mereka menegakkan salat, barulah ambil zakat dari mereka. Karena mengorbankan harta adalah konsekuensi keimanan


Berkali-kali Allah mengaitkan jihad dengan dua hal, jiwa dan harta, dan siapa yang diseru untuk mengorbankan harta? Hanya orang yang beriman. Sebab mereka yang tak beriman, takkan tertarik kecuali investasi dan keuntungan dunia, sebab mereka tak meyakini hidup setelah dunia


Zaman now, kita diminta wakaf uang, sementara iman-nya nggak didahulukan. Lebih parah lagi, Islam dijadikan tertuduh, perilakunya Islamophobia, kriminalisasi ulama telanjang terjadi, ketidakadilan jadi tontonan sehari-hari, dana sosial dikorupsi. Di tengah-tengah itu tanpa malu meminta, “Ayo wakaf uang!”. What?


Padahal, andaikan pemimpin mencontohkan kepedulian terhadap agama, meyakinkan bahwa kesemuanya ini adalah bagian untuk menegakkan agama, dan memberikan kebaikan bagi semuanya. Saya yakin tanpa perlu meminta saja, rakyat sudah pasti akan inisiatif membantu dan mengumpulkan segenap kekuatan


Atau, andaikan, yang meminta wakaf uang itu adalah “Dia yang sekarang terdzalimi di penjara”, kira-kira apalah kaum Muslim rela memberikannya? Tulis di komen deh.


Harusnya pemerintah introspeksi. Face it, admit it, trust is the problem. Jangan Islam dibully, yang nista Islam didiamkan, yang hina Islam bebas berkeliaran, sementara ulama dipenjarakan, dikatakan radikal, intoleran, syariat ditolak, khilafah dimonsterisasi. Giliran urusan duit, mintanya juga dari wakaf


Padahal taipan-taipan uangnya banyak, kenapa tak diminta buat Indonesia? Kita sudah tau jawabnya. Dan sejarah memberitahu, adalah kaum Muslim, yang paling peduli negerinya. Yang bukan hanya korbankan harta, tapi juga nyawa, andai diperlukan melindungi negeri yang menjamin tegaknya agama mereka. 


Oleh: Ustadz Felix Siauw


Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI