BNPB Akan Kembangkan Fitur ACeBS pada inaRISK Personal

| Jumat, 26 Maret 2021 | 11.38 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Direktorat Sistem Penanggulangan Bencana, Direktorat Pengembangan Strategi Penanggulangan Bencana, dan Direktorat Mitigasi Bencana melakukan kunjungan ke Museum Gempa Prof. Dr. Sarwidi di Sleman, Yogyakarta pada Senin (22/3). Kunjungan tersebut dalam rangka evaluasi dan rencana pengembangan fitur ACeBS pada aplikasi inaRISK Personal. 


ACeBS (Asesmen Cepat Bangunan Sederhana) adalah fitur pada inaRISK Personal yang dapat digunakan secara mandiri untuk mengetahui aspek-aspek kerentanan rumah tinggal sederhana (1 lantai) terhadap ancaman gempa bumi.


Prof. Ir. Sarwidi, MSCE., Ph.D., IP-U menyampaikan keprihatinannya terhadap kurangnya tingkat kesadaran masyarakat Indonesia untuk membangun rumah tahan gempa. Beliau menjelaskan, untuk rumah 1 lantai, konsep pembangunan yang optimal untuk diterapkan adalah Barrataga (Bangunan Rumah Rakyat Tahan Gempa). Sedangkan untuk rumah 2 lantai, konsep yang terbaik masih dalam pengembangan. 


Sarwidi juga mengatakan bahwa dukungannya dalam mengembangkan ACeBS merupakan bagian dari upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya memperhatikan investasi dalam membangun rumah tahan gempa.


Direktur Sistem Penanggulangan Bencana BNPB, Dr. Ir. Udrekh, SE, M.Sc. juga menyampaikan banyak hal dalam pengembangan ACeBS yang harus terbahasakan dan mudah dipahami oleh masyarakat awam. 


“Selain Mandor dan tim teknis yang membangun rumah, pemilik rumah juga harus dibekali dengan pengetahuan terkait bangunan tahan gempa,” jelas Udrekh. 


Asesmen untuk bangunan tinggi sudah banyak dilakukan. Namun, untuk bangunan rumah sederhana masih belum banyak acuannya. Untuk itu, diharapkan ACeBS dapat membantu seluruh masyarakat untuk paham akan aspek penting yang perlu diperhatikan dalam bangunan tahan gempa. 


ACeBS pada inaRISK Personal lahir sejak tahun 2019. Aplikasi ini sudah diujicoba di beberapa daerah rawan bencana di Indonesia seperti Kota Yogyakarta, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bengkulu, Kabupaten Aceh Tengah, dan daerah rawan lainnya. 


Latar belakang yang melandasi pengembangannya adalah kurangnya pengetahuan pemilik rumah yang berada di lokasi rawan gempa terhadap ketahan bangunan rumahnya. Selain itu, kebanyakan warga juga belum paham apa yang harus dilakukan untuk memperkuat rumahnya. 


“Data statistik menunjukkan bahwa 3/4 penyebab kematian dalam kejadian gempa bumi adalah karena reruntuhan bangunan,” lanjut Udrekh.


Kedepannya, akan ditambahkan ilustrasi-ilustrasi untuk memudahkan masyarakat awam dalam memahami fitur ACeBS. Beberapa konsep ilustrasi yang sudah ada mendapat koreksi dan masukan dari Prof Sarwidi beserta tim. Hal ini agar ilustrasi tersebut dapat lebih efektif menyampaikan hal-hal yang terdapat pada poin pertanyaan fitur ACeBS. 


Diharapkan pembaharuan ACeBS sebagai salah satu fitur utama inaRISK Personal dapat membantu masyarakat dalam merencanakan investasi pengurangan risiko bencana melalui rumah tahan gempa sehingga dapat melindungi diri dan masa depan keluarga dari ancaman gempabumi.


Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI