Amal Ikhlas

| Kamis, 09 September 2021 | 09.10 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com - Di Makkah, sufi besar Abul Qasim al-Junaid memergoki tukang cukur sedang menggunting rambut seseorg. Ia pun bertanya, "Jika karena Allah, bersediakah engkau mencukur rambutku?"


"Aku bersedia," jawab tukanc cukur. Ia pun menghentikan mencukur langganannya seraya berkata: "Berdirilah, apabila nama Allah disebut, hal-hal lain hrs ditunda."

Setelah mencium dan mencukur rambut al-Junaid, tukang cukur masih memberinya segumpal kertas berisi keping uang. "Gunakanlah ini untuk keperluanmu," ujarnya.

Begitu terkesan, al-Junaid bertekad jika memperoleh hadiah akan diserahkan padanya. Tak lama berselang ia menerima sekantong uang emas dari Bashrah, lantas menemuinya.

"Apa ini?" tanya tukang cukur. Al-Junaid menjawab, "Aku bertekad jika memperoleh hadiah akan kupersembahkan padamu dan aku baru saja mendapatkannya."

Tukanc cukur berkata, "Tidakkah engkau malu pd Allah? Engkau telah mengatakan padaku, ’Demi Allah cukurlah rambutku’, tetapi kemudian engkau memberi hadiah padaku. Pernahkah engkau menjumpai seseorg yg melakukan suatu perbuatan demi Allah dan meminta bayaran?"

Betapa banyak orang mengatasnamakan Tuhan demi keuntungan diri. Alquran menyebutnya sebagai kebohongan terhadap agama yang mencelakakan. "Maka, celakalah org-org yang shalat, yangg lalai dalam shalatnya, yangg hanya pamer saja (riya), yang tidak memberikan pertolongan" (QS al-Ma'un [107]: 5-7).

Keikhlasan beramal merupakan kunci produktivitas dan sukses hidup. Deepak Chopra menjelaskan, tindakan yang dimotivasi ketulusan, bukan egosentrisme, akan menghasilkan energi berlimpah yang dapat digunakan uuntuk menciptakan apa saja yang dikehendaki.

Sebaliknya, jika perbuatan itu didorong oleh modus memiliki dan menguasai orang lain, dibutuhkan konsumsi energi banyak. Selain itu, perbuatan yang beroreintasi pada pemujaan diri akan membuat kita senantiasa dalam posisi defensif dan  menyalahkan org lain. Akibatnya, kita tak bisa terbuka pd kemungkinan lain yg lebih baik.

Amal ikhlas menurut psikolog Viktor Frankl merupakan sumber kesehatan mental dan kebahagiaan. Amal ikhlas mengungkit rasa tanggung jawab, sbg pancaran ketulusan berdarma bagi kemanusiaan dan kealaman, yang membuat hidup bermakna, mencapai kebahagiaan terluhur.

Oleh: Yudi Latif

Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI