24 Tahun Reformasi: Puncaknya Oligharkys Kuasa

| Senin, 23 Mei 2022 | 13.22 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com - Musuh utama Reformasi adalah kekuasaan yang hagemonistik sehingga Negara begitu kuat mencengkram hingga menjadi Otoriter.


Dulu perangkat hukumnya UU Subversi dan pasal karet Hatzai Artikelen Psl 134/136 KUHP tidak terhingga Aktivis yang di penjara termasuk penulis.

Akhirnya akumulasi krisis moneter yang melanda Asia hingga menghukum para “macan asia”termasuk Indonesia tersingkapnya budaya KKN yang parah. Rezim Orbapun tumbang.

Kini setelah 24 tahun apa relevansi Reformasi saat ini?

Setelah tujuh tahun Jokowi kuasa?
Malah terjadi lagi hagemonistik yang otoriter dngan senjata pemukulnya UU ITE & UU no 1/1946 sudah tidak terhitung banyaknya Aktivis yang masuk penjara misal, Habib Riziq, 
Ratna Sarumpaet, Syahganda, Jumhur Hidayat, Akbar Husin, Jalih Pitung, Rijal Kobar dan lain-lain.

Belum lagi yang di tangkap dan di siksa aparat namun tdak berlanjut ke persidangan dalam peristiwa tragedi Bawaslu Mei 2019, demo penolakan UU KPK, UU Omnibus law dan lain-lain.

Bahkan ada upaya pula mau mengamandemen UUD untuk Perpanjngan Jabatan Presiden.
Yang ironi KKN bak subur kembali menyentuh kekeluarga terdekat Presiden yang sudah dilaporkan kawan Aktivis 98 Ubedilah Badrun ke KPK.

Yang miris para Cukong dan Taipan berwujud Oligahrkys sudah ikut cawe cawe di balik adanya policy UU Minerba /2020 pengerukan SDA semisal Batubara, Nikel, Bauksit dan lain-lain. Termasuk ngototnya IKN ada bau amis Oligarkhys.

Sementara kualitas Demokrasi tidak makin baik. Status Quo rezim begitu terlihat dengan di pertahankannya Presiden Threshold 20 %. Biaya pemilupun makin selangit sudah di putus 76 Triliun.

Angka yg besar 40 x lipat biaya Pemilu 99 yang masih terbaik setelah pemilu 1955.

Kini Rakyat berharap ada kekuatan perubahan yang bisa kembali meluruskan Reformasi yang makin tergerus di era Jokowi ini.

Di tengah ancaman krisis ekonomi yang kian jelang semoga bisa terwujud sehingga Pemilu bisa selekasnya dengan aturan main yang kontributif terhadap kemauan Rakyat yang ingin Presiden tidak lagi modal pencitraan yg di sokong Oligarkys.

Harus terwujud dengan Nol Persen PT dan Penyelenggaran Pemilu seperti th 99 ada wakil Parpol.

Kalo bisa cepat makin baik kenapa tidak..?

Oleh: Andrianto
Pelaku Reformasi 1998
Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI