Makan Siang Istana dan Gagasan Perbaikan Nasib Petani Indonesia

| Selasa, 07 November 2023 | 00.13 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com - Masih bergulir isu politik dibalik pasca pertemuan makan siang Presiden Joko Widodo bersama para calon presiden di Istana negara belum lama ini.


Kali ini menyisir politisi muda dan aktivis pertanian Indonesia, Dede Ginanjar Pristiawan. Dia keras menyoroti peristiwa makan siang istana tersebut.

Dalam sebuah pertemuan di Bandung, belum lama ini, Dede Ginanjar terenyuh dengan sikap-sikap pemerintah dan para politisi tersebut.

“Makan siang istana menyiratkan adanya upaya politik terutama dalam upaya mencari langkah mempersamakan persepsi politik jelang pemilu 2024,” ujar dia dalam keterangannya, Senin (6/11/2023).

Simpul-simpul kekuatan politik dalam pemilihan presiden, dianggap Dede, relevan menyuarakan sikap-sikap baik guna mencipta pemilu damai.

Hanya saja, kata dia, bahasan dalam jamuan makan siang istana terlampau jauh menyentuh nadi kehidupan rakyat terutama petani.

“Jamuan makan siang istana, sdalah penyajian makanan-makanan terbaik secara terhormat kepada para undangan,” paparnya. 

Dalam sajian-sajian itu, Dede bertanya, apakah terbersit juga pemikiran mengenai kualitas panganan yang jadi sajian dengan bagaimana usaha petani menyediakan semua itu hingga bahan pangan tersaji sempurna.

Sebagai pemerhati dunia pertanian, Dede mengharapkan bahwa peristiwa makan siang istana tidak berhenti pada obrolan-obrolan politik parsial, menyangkut pemilu dan segala pernak-perniknya.

“Makan siang istana itu bagaimana seharusnya menyambungkan dengan pembahasan nasib petani juga,” katanya. 

Menyelami suasana kebatinan petani dalam melihat peristiwa makan siang istana, Dede Ginanjar menemukan adanya kerisauan, bahwa, urusan bicara politik di meja makan itu bisa dilakukan politisi dalam proses menguatkan ide-ide politiknya.

“Disamping itu, soal apa isi piring saat santap siang pun, harus dipikirkan,” ungkapnya. 

Dede kemudian meminta, asupan gizi cukup dan bahan pangan berkualitas harus terus diperhatikan. Usaha ini, hubungannya dengan kemampuan petani mengolah usaha pangan.

“Apakah pemerintah juga sampai kepada pemikiran ini, yaitu bagaimana kesinambungan membangun dunia politik melalui meja makan sejalan juga dengan penguatan ide politik menciptakan kualitas pangan dan keunggulan kehidupan petani?,” tanya dia

Hal pokok dari pemikiran Dede, bahwa, etika makan, kualitas pemikiran politisi saat berada di meja makan, sangat dipengaruhi kualitas bahan pangan dari para petani.

“Zat-zat terkandung dari bahan pangan dalam isi piring makan kita, berdampak kepada kehidupan jangka panjang kita,” ungkapnya. 

Dalam hal ini, Dede menyampaika ada kalanya pemerintah perlu ditegur agar terus menyinergikan kondisi politik dengan dasar-dasar kehidupan lain di dalam memahami persoalan keseharian rakyat. Tradisi menjamu makan siang dalam situasi politik saat ini, diandalkan mampu meredam gejolak. Namun kenyataannya, harga beras masih terus melambung dan harga bahan pokok dipasaran semakin meninggi

“Artinya, kondisi kebersamaan dalam pembicaraan politik pasca makan siang istana, nyaris tanpa dampak baik bagi kehidupan rakyat khususnya petani,” beber dia 

“Hanya bisa berharap, semoga saja langkah Presiden Joko Widodo melalui jamuan makan siang istana, mendekatkan tekad kepada usaha perbaikan nasib petani,” tambahnya.

Disebutkan, makan siang dengan jamuan dari hasil olahan bahan pangan petani Indonesia, sembari memperkenalkan kembali makanan-makanan khas Indonesia, bisa saja ini menjadi usaha mencipta petani maju. Atau setidaknya, saat sajian khas Indonesia hadir dalam piring-piring makan politisi, dibalik sajian khas Indonesia, maka Presiden Jokowi turut mengingatkan pula mengenai Indonesia itu kaya dengan sumber daya alam unggul, sehingga rakyatnya dapat berusaha bertahan dengan cita rasa makanan Indonesia.

“Bisa saja lidah-lidah politisi itu telah lama dibiasakan mencicipi makanan negeri asing,” katanya.

Terbiasa dengan makanan produk asing, Dede mengatakan hal ini menimbulkan bahaya jangka panjang. Pengaruhnya besar kepada cara politisi bertindak.

“Kita mengetahui bahwa asupan pangan itu memengaruhi langsung terhadap prilaku. Saat ini banyak sekali sikap-sikap politisi mencerminkan warna-warna politik asing, terpengaruh jalan pikiran negeri entah berantah,” tutur dia

“Bersama petani Indonesia, bagaimana seharusnya kita mengembalikan Indonesia kepada keunggulannya sebagai Indonesia dengan kemandiriannya dan berpengaruh secara mendunia bersama isi piring makan siang yang kita santap setiap saat,” pungkasnya. 

Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI