Bernasindonesia.com - Saudaraku, kota ideal dalam bayangan Republik-nya Plato adalah kota berjiwa kepemimpinan filosofis yg mendenyuti tiga karakteristik utama: jiwa penalaran, semangat kompetitif, dan kenyamanan.
Kepemimpinan harus mengandung kekuatan penalaran yang dpt merangsang kesehatan berpikir dan kreativitas warga. Dengan jiwa penalaran, kota berkembang dgn perencanaan dan kebijakan yg sehat disertai daya kreatif yg tinggi. Segala sesuatu diputuskan dgn jalan nalar-permusyawaratan (deliberatif-argumentatif), bukan lewat jalan irasionalitas dan kekerasan. Kota tdk dipimpin dgn manajemen tambal sulam, mengandalkan impresi pencitraan dan politik adu domba, yg segala kelemahan dan keburukan kepemimpinan ditutupi dgn irasionalitas demagogi dan pembelaan buzzer.
Kepemimpinan juga harus mengandung spirit berkompetisi tinggi. Bukan sekadar berani bersaing di arena pemilihan, melainkan juga kesanggupan mengerahkan segala daya guna mengatasi masalah dan mengejar ketertinggalan, meraih prestasi tinggi, serta ketabahan mempertahankan prinsip, kebijakan, dan integritas.
Perkembangan kota tak dibiarkan disetir perseorangan dan golongan yg bisa merusak prinsip tata kelola dan tata ruang; juga tak dibiarkan terperangkap di lubang persoalan yg sama, yang membuat derita musiman warga sebagai kewajaran.
Kepemimpinan sebagai resultante dari kedua kejiwaan tadi harus mengandung kekuatan pengungkit kenyamanan hidup warga lewat produktivitas ekonomi, kesejahteraan, dan wahana rekreasi.
Perkembangan kota menyediakan ruang-ruang aktualisasi diri bagi warga. Di kota-kota seperti itu, budaya literasi kuat; talenta, toleransi, dan teknologi berkembang lapang. Berbagai komunitas tumbuh sebagai jaring pengaman dan konektivitas warga dalam pemenuhan kebutuhan material dan spiritual.
Oleh: Yudi Latif