Bernasindonesia.com - Saudaraku, untuk sungguh-sungguh belajar menjadi bangsa merdeka, Indonesia perlu merekonstruksi jati dirinya melalui proses penemuan kembali diri kesejarahannya (historical self-invention).
Jalan itu dapat ditempuh melalui proyek besar “penulisan ulang sejarah Indonesia”—terbebas dari bias kepentingan politis yang manipulatif—agar bangsa ini dapat bercermin pada dirinya sendiri: mengenali akar budaya, alam, dan kesejarahannya, memahami kontribusi pentingnya dalam pergaulan dunia, serta menegakkan kembali martabatnya di pentas global.
Beruntung, kemajuan teknologi dan temuan-temuan terbaru membuka jalan untuk mengatasi keterbatasan yang dulu membuat banyak hal terasa mustahil. Dengan perangkat tes karbon, uji DNA, dan teknologi ilmiah lainnya, jejak-jejak yang sebelumnya luput dari catatan nenek-moyang kini dapat dibaca ulang. Fragmen-fragmen sejarah yang tersembunyi atau hilang mulai terkuak, memberi generasi hari ini kesempatan untuk merangkai kembali epos kebesaran leluhur, menyingkap kembali cerita masa lalu dengan ketajaman baru, sekaligus membiarkan gema peradaban lama berbicara dengan bahasa yang lebih nyata dan hidup.
Dengan terbukanya berbagai sumber pengetahuan dan informasi terbaru, proyek penulisan ulang sejarah Indonesia (rewriting Indonesian history) menjadi lebih mungkin direalisasikan. Melalui pendekatan pembacaan dari “bawah” (reading history from below), sejarah tak lagi hanya dilihat dari perspektif penguasa atau catatan kolonial, melainkan juga dari pengalaman rakyat, komunitas lokal, dan praktik keseharian masyarakat.
Sumber-sumber baru—mulai dari arsip yang terlupakan, prasasti, manuskrip lokal, tradisi lisan, hingga temuan arkeologi dan data ilmiah—memberi kita kesempatan untuk merangkai narasi yang lebih adil, lengkap, dan hidup, menyingkap sisi sejarah yang selama ini tersembunyi di balik dominasi perspektif atas.
Dengan menempuh cara seperti itulah buku ini lahir. "Apa Jadinya Dunia tanpa Indonesia?" menjadi ikhtiar kecil untuk menata kembali cermin sejarah, merangkai jejak peradaban yang lama tersembunyi, dan menghadirkannya dengan terang baru.
Oleh: Yudi Latif

