Din Syamsuddin Sambut Baik Pernyataan Kyai Said Soal Habib Rizieq

| Jumat, 01 November 2019 | 01.35 WIB

Bagikan:
Bernasindonesia.com - Ketua Dewan Pertimbangan MUI M. Din Syamsuddin, memberikan tanggapan atas pernyataan Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj perihal Habib Rizieq Shihab. Menurut Din, apa yang disampaikan KH. Said sangat menarik dan mencerahkan

"Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siraj bahwa kita wajib menghormati Habib Rizieq Syihab," ujar Din, Kamis (31/10/2019).

Menurut Din, pernyataan yang bernada fatwa dan menggunakan istilah fikih yakni wajib, hukum Islam yang jika tidak dilaksanakan maka pelakunya akan berdosa, adalah sangat keras dan tegas.

"Saya sangat bersetuju (muwaffiq kull al-ittifaq), dan sangat menghargai (highly appreciated) dengan pernyataan tersebut," katanya.

Kendati itu merupakan Qaulun Jadid (Perkataan Baru) bagi Din pernyataan KH Said itu wajib diperhatikan, tidak hanya oleh Kaum Nahdhiyin, tapi juga oleh seluruh umat Islam, bahkan umat agama-agama lain, tak terkecuali oleh pemerintah atau pemangku amanat.

"Memang seyogyanya kita semua sebagai bangsa cinta damai dan keadilan harus menghormati hak dan martabat para tokoh agama, apapun agama mereka. Sebagai umat Islam harus pula menghormati para ulama, siapapun mereka dan apapun madzhab pemikirannya. Sikap cenderung mengkafirkan atau memandang sesat pihak lain, termasuk menuduh pihak lain secara pejoratif seperti radikal merupakan sikap yg tidak arif bijaksana dan bukan merupakan bentuk moderasi beragama," tandas Din.

Din menambahkan, wawasan Wasathiyah (suatu watak Islam sejati) yang mengedepankan antara lain tasamuh atau toleransi perlu mengejawantah dalam sikap penuh hikmat kebijaksaan dalam kemajemukan dan keberaamaan yakni dengan menghargai orang lain. Sikap ini, kata dia, diperlukan dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia yg memiliki keragaman agama, etnik, dan budaya.

Menurut Din, Islam mengajarkan, kalau antar umat berbeda agama berlaku ”lakum dinukum waliyadin” (bagimu agamamu, bagiku agamaku) tapi kita bersaudara sebangsa. Terhadap sesama Muslim, walau berbeda aliran atau organisasi sehingga berbeda pemahaman keagamaan, bisa berlaku analoginya ”lakum ra’yukum, wali ra’yi” (bagimu pendapatmu, bagiku pendapatku) tapi kita tetap bersaudara seiman.

"Tentu hal itu setelah semuanya mencoba utk duduk bersama berdialog atau bermusyawarah yg merupakan ciri lain dari Wawasan Wasathiyah. Selain wajib menghormati Habib Rizieq Syihab, hormati pula Ustadz Abdus Somad, atau Ustadz Adi Hidayat, dan para tokoh agama lain," tambah Din.

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini mengatakan, demi kerukunan bangsa dan Persatuan Indonesia (Sila Ketiga Pancasila), mari kembangkan sikap saling memahami dan menghormati.

"Kriminalisasi tokoh agama (ulama, pendeta, pedanda, atau bikkhu), dan kecenderungan labelisasi apalagi dengan generalisasi adalah pendekatan yg kontra-produktif terhadap perwujudan kerukunan bangsa, integrasi dan integritas nasional," katanya. (BSI)
Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI