Bernasindonesia.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju menerima delegasi Dewan Bisnis Uni Eropa- ASEAN atau EU-ASEAN Business Council, yang dipimpin Donald Kanak, di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (28/11).
Dalam sambutannya Presiden Jokowi mengatakan, hubungan antara Indonesia dengan Uni Eropa sejauh ini berjalan baik. Kedua pihak memiliki posisi yang sama dalam banyak masalah global. Selain itu, kedua pihak menghormati huum dan prinsip internasional.
Namun Presiden mengakui, dari sisi ekonomi Indonesia dan Uni Eropa mengalami batu sandungan. Ia menyebutkan, Indonesia terus-menerus menerima diskriminasi dalam hal kebijakan maupun dari perusahaan-perusahaan Eropa.
“Data dan informasi yang kami sampaikan dan produsen minyak sawit lainnya tidak mendapat perhatian dari UE,” kata Presiden Jokowi.
Tentu saja, lanjut Presiden, Indonesia tidak akan tinggal diam dengan diskriminasi ini. Ia memastikan, negosiasi perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif Indonesia-UE akan terus berlanjut, kelapa sawit pasti akan menjadi bagian darinya.
“ASEAN dan UE telah sepakat untuk membentuk kelompok kerja minyak kelapa sawit. Saya berharap, kelompok kerja dapat berkontribusi untuk menyelesaikan masalah kelapa sawit,” tutur Presiden Jokowi.
Sebelumnya saat mengawali sambutannya, Presiden Jokowi menyampaikan, dirinya baru saja kembali dari Korea Selatan untuk menghadiri KTT ASEAN-Korea dan pertemuan bilateral dengan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in. KTT dan pertemuan bilateral ini terutama berfokus pada bisnis dan investasi.
“Melalui diskusi dengan kalangan bisnis, ada harapan yang tinggi untuk memperkuat kemitraan ASEAN,”kata Presiden Jokowi.
Presiden menilai hal itu tidak mengejutkan karena ekonomi ASEAN saat ini berada dalam kondisi yang jauh lebih baik daripada rata-rata pertumbuhan ekonomi global. Mengutip Managing Director International Monetery Fund (MF) Kristalina Georgieva, Presiden Jokowi mengakatan, ASEAN adalah titik terang dalam perekonomian dunia. Di saat negara-negara maju menghadapi masyarakat yang menua, ASEAN menikmati dividen demografi.
“Ketika beberapa negara maju memilih proteksionisme, ASEAN terus membuka ekonominya. Ekonomi ASEAN akan terus tumbuh selama pemeliharaan ekosistem perdamaian seperti selama 52 tahun terakhir. Bermitra dengan ASAEN adalah kemitraan yang bermanfaat,” terang Presiden.
Karena itu, Presiden Jokowi berharap para pebisnis dari negara-negara Eropa memiliki pandangan yang sama termasuk dari Uni Eropa (UE). “Bisnis dari UE tidak asing dengan ASEAN namun tekad dan langkah pebisnis Eropa masih tertinggal di belakang mitra ASEAN-nya,” ujarnya.
Dalam sambutannya Presiden Jokowi mengatakan, hubungan antara Indonesia dengan Uni Eropa sejauh ini berjalan baik. Kedua pihak memiliki posisi yang sama dalam banyak masalah global. Selain itu, kedua pihak menghormati huum dan prinsip internasional.
Namun Presiden mengakui, dari sisi ekonomi Indonesia dan Uni Eropa mengalami batu sandungan. Ia menyebutkan, Indonesia terus-menerus menerima diskriminasi dalam hal kebijakan maupun dari perusahaan-perusahaan Eropa.
“Data dan informasi yang kami sampaikan dan produsen minyak sawit lainnya tidak mendapat perhatian dari UE,” kata Presiden Jokowi.
Tentu saja, lanjut Presiden, Indonesia tidak akan tinggal diam dengan diskriminasi ini. Ia memastikan, negosiasi perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif Indonesia-UE akan terus berlanjut, kelapa sawit pasti akan menjadi bagian darinya.
“ASEAN dan UE telah sepakat untuk membentuk kelompok kerja minyak kelapa sawit. Saya berharap, kelompok kerja dapat berkontribusi untuk menyelesaikan masalah kelapa sawit,” tutur Presiden Jokowi.
Sebelumnya saat mengawali sambutannya, Presiden Jokowi menyampaikan, dirinya baru saja kembali dari Korea Selatan untuk menghadiri KTT ASEAN-Korea dan pertemuan bilateral dengan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in. KTT dan pertemuan bilateral ini terutama berfokus pada bisnis dan investasi.
“Melalui diskusi dengan kalangan bisnis, ada harapan yang tinggi untuk memperkuat kemitraan ASEAN,”kata Presiden Jokowi.
Presiden menilai hal itu tidak mengejutkan karena ekonomi ASEAN saat ini berada dalam kondisi yang jauh lebih baik daripada rata-rata pertumbuhan ekonomi global. Mengutip Managing Director International Monetery Fund (MF) Kristalina Georgieva, Presiden Jokowi mengakatan, ASEAN adalah titik terang dalam perekonomian dunia. Di saat negara-negara maju menghadapi masyarakat yang menua, ASEAN menikmati dividen demografi.
“Ketika beberapa negara maju memilih proteksionisme, ASEAN terus membuka ekonominya. Ekonomi ASEAN akan terus tumbuh selama pemeliharaan ekosistem perdamaian seperti selama 52 tahun terakhir. Bermitra dengan ASAEN adalah kemitraan yang bermanfaat,” terang Presiden.
Karena itu, Presiden Jokowi berharap para pebisnis dari negara-negara Eropa memiliki pandangan yang sama termasuk dari Uni Eropa (UE). “Bisnis dari UE tidak asing dengan ASEAN namun tekad dan langkah pebisnis Eropa masih tertinggal di belakang mitra ASEAN-nya,” ujarnya.