Ketua Dewan Pers Harap Media Malahirkan Jurnalis Yang Kritis

| Kamis, 20 Februari 2020 | 14.04 WIB

Bagikan:
Bernasindonesia.com - Ketua Dewan Pers Muhammad Nuh, menjelaskan tantangan media di tengah membanjirnya arus informasi. Dia berharap media tidak hanya menggali dan menyajikan sebuah informasi. Tapi, lebih dari itu, media harus melahirkan jurnalis kritis yang berbasis data sebagai pendekatan ilmu pengetahuan.

Bagi Nuh, media yang tidak melahirkan jurnalis kritis dalam menguraikan sebuah data maka ia akan tertinggal.

"Lalu apa golnya, tentu saja knowledge (Ilmu Pengetahuan). Mencerdaskan kehidupan bangsa,” ujar M. Nuh.

Hal tersebut disampaikan M. Nuh dalam dialog dengan Jajaran Pengurus Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) di Gedung 6, Jalan Darmawangsa Raya Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (19/2/2020) malam. Hatta Rajasa juga hadir pada kesempatan ini.

M. Nuh yang juga mantan Menteri Komunikasi dan Informatika ini, mengatakan basis data yang disajikan akan menjadi informasi yang akurat. Maka dari situ, lanjut dia, pendekatan ilmu pengetahuan sangat penting di era membanjirnya arus informasi saat ini.

”Maka pendekatannya knowledge. Ini ada perkembangan society, lalu dijajarkan pada imaginer, di bawahnya ada basis, hasilnya fisik. Nah ini menjadi kombinasi yang memanfaatkan big data dan bermanfaat,” jelas Nuh.

M. Nuh mencotohkan sebuah media memberitakan sebuah peristiwa kecelakaan. Jika dulu media menyebutnya sebuah peristiwa maka pada saat ini media harus menulisnya dengan cara kombinasi dan mendalam dan berbasis data.

”Di depan itu misalnya ada peristiwa tabrakan. Dulu ya ditulisnya peristiwa. Tapi saat ini, semua dikombinasi. Mengapa sampai ada peristiwa tabrakan itu, bagaimana kondisi jalannya, dan masih banyak lagi lainnya yang secara jelas menuangkan data. Nah inilah pendekatan knowledge itu. Maka seperti saya sebutkan di awal, pentingnya mengekplorasi sebuah data,” katanya.

Menurut M. Nuh, eksplorasi data dan pentingnya kreativitas, tentu akan melahirkan jurnalis-jurnalis yang kritis. Apa yang dipaparkan dalam pemberitaan, dipahami secara konstruktif.

”Jangan asal kritik. Saya dulu sering sekali dikritik tapi saya pahami ini bagian dari alam yang ada. Tapi sekarang kok rasanya menghilang ya, orang-orang yang mengkritisi saya itu, kemana mereka,” ujar Nuh.

Dalam kesempatan itu, M. Nuh juga menyambut baik, program prioritas SMSI yang saat ini sedang proses tahap akhir menjadi konstituen Dewan Pers.

”Dewan pers sangat menyambut baik apa yang menjadi harapan besar SMSI. Tahapan pun terus berjalan. Kalau pun ada yang tertinggal dalam proses faktual, pemenuhan syaratnya harus bolak-balik dan menunggu, ya maknai saja ini bagian dari proses itu,” ucap Nuh.

Di tempat yang sama, Ketua Umum SMSI Firdaus merasa puas dengan pemaparan M. Nuh. Dia mengatakan apa yang disampaikan M. Nuh menjadi pemantik semangat bagi pengurus SMSI.

”Ini seperti gayung bersambut. Kesempatan yang diberikan selaras dengan semangat yang diharapkan. SMSI sejak awal memiliki program prioritas, yakni menjadi konstituen Dewan Pers. Terima kasih atas pemaparan dan harapan yang disampaikan Bapak Mohammad Nuh, Bapak Hatta Rajasa dan bapak Abdul Aziz. Ini suplemen, vitamin yang menumbuhkan semangat kami,” tutur Firdaus. (BSI)
Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI