Guru Besar UI Sambut Positif Wacana Capres Perempuan

| Senin, 22 November 2021 | 08.01 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com – Guru besar Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) Prof. Burhan Magenda, MA PhD menyambut baik wacana figur perempuan maju sebagai calon presiden (capres) pada pemilu 2024. Hal itu ia ungkapkan menanggapi hasil survei Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) beberapa waktu lalu.


”Bagus ada wacana capres perempuan. Tapi, saya kira yang masuk akal adalah jadi calon wakil presiden (cawapres),” ujar Buhan Magenda. 

Dosen Pasca Sarjana UI, Undip, UGM itu menyatakan, dari 9 nama tokoh perempuan yang masuk dalam survei ARSC, yang peluangnya paling besar hanya 3 orang tokoh perempuan. Yakni, Puan Maharani, Sri Mulyani, dan Yenny Wahid. ”Juga masih mungkin Khofifah Indar Parawansa,” imbuhnya.

Penyebutan ketiga nama tokoh perempuan itu bukannya tanpa alasan. Menurut Burhan, selain pertimbangan mewakili partai dan golongan, persoalan cawapres juga sangat bergantung dari capres yang diajukan.

”Kalau dari sisi massa pemilih, tentu Yenny Wahid dan Puan Maharani. Karena keduanya memiliki dukungan dan basis massa besar seperti NU dan PDIP,” sebut guru besar yang juga mengajar di Sesko TNI dan Lemhanas itu.

Meskipun Yenny Wahid tidak pernah punya pengalaman sebagai pejabat dalam birokrasi pemerintahan, namun, menurut Burhan, Yenny yang dikenal sebagai penganjur toleransi bagi bangsa besar yang plural itu sudah pengalaman mendampingi Gus Dur sebagai Presiden. ”Dan pintar pula, ia lulusan Harvard Amerika,” ujarnya. 

Burhan menambahkan, tentang Tri Rismaharini meskipun memiliki elektabilitas tinggi, namun sulit bisa dicalonkan. Hal itu mengingat dari PDIP sudah ada Puan Maharani. Hal yang sama terjadi juga pada Ida Fauziah. Karena massa NU sudah diwakili oleh Yenny Wahid dan Khofifah Indar Parawansa.

Sedangkan alasan mengapa Megawati Soekarnoputri tidak masuk dalam hitungannya, karena menurutnya Presiden ke-5 RI itu sudah tidak ingin jadi presiden. ”Kalau mau, tentu tahun 2014 dulu beliau yang maju, bukan Pak Jokowi,” kata alumnus Universitas Stanford dan Universitas Cornell, Amerika itu. 

Adapun alasan penyebutan Sri Mulyani, lantaran ada kemungkinan calon presiden mendatang adalah seorang teknokrat yang ingin memulihkan ekonomi. Untuk itu, Sri Mulyani menjadi sosok yang pas untuk mendampinginya.

Dihubungi secara terpisah, pakar komunikasi politik Universitas Paramadina Jakarta Hendri Satrio menyatakan, meskipun muncul beberapa nama tokoh perempuan yang berpotensi maju sebagai capres, namun sesungguhnya elektabilas tokoh perempuan masih jauh di bawah para capres laki-laki.

Hendri tak menampik elektabilatas capres perempuan dapat menyaingi capres laki-laki. ”Misalnya Puan Maharani. Jika PDIP yakin menang, maka mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk menaikkan elektabilitasnya,” jelas Hedri Satrio.

Untuk diketahui, hasil survei Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) menyebut menyebut ada sembilan nama tokoh perempuan yang layak maju sebagai capres pada Pemilu 2024. 

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menempati urutan teratas dengan elektabilitas 24,21 persen. Menyusul Menteri Sosial Tri Rismaharini 17,66 persen, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa 11,07 persen.

Selanjutnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani 10 persen, Puan Maharani 4,01 persen, tokoh perempuan Yenny Wahid 3,14 persen, Megawati Soekarnoputri 2,79 persen, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah 1,32 persen, dan istri Presiden Joko Widodo, Iriana 1,07 persen. 

Survei ARSC tersebut melibatkan 1.200 responden di 34 provinsi. 60 persen responden berusia muda di bawah 30 tahun dan usia minimal 17 tahun, menggunakan metode multistage random sampling dan dilakukan melalui sambungan telepon. Adapun margin error plus minus 2,9 persen.
Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI