Kehilangan Indonesia

| Jumat, 05 November 2021 | 11.38 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com - Indonesia adalah negeri para pejuang, bukan negeri para begundal. Itu sebabnya setiap tahun kita peringati Hari Pahlawan. Dlm ungkapan Bung Hatta, ”Bagi kami, Indonesia menyatakan suatu tujuan politik karena dia melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air pada masa depan dan utk mewujudkannya, setiap org Indonesia akan berusaha dgn segala tenaga dan kemampuannya.”


Berjuang, ”berusaha dgn segala tenaga dan kemampuan” itulah urat nadi keindonesiaan, yg membuat ia ada dan melangsungkan keberadaannya. Tekad perjuangan ini bukanlah retorika kosong dari suatu politik pencitraan, melainkan didarahi oleh pengalaman keterjajahan, ketertindasan, dan penderitaan yg membuat para pendiri bangsa memiliki penghayatan yg dlm tentang arti keadilan dan komitmen yg kuat utk mewujudkannya.

Itulah sebabnya, dalam Pancasila, kata ”keadilan” ditonjolkan dgn menempatkannya di dua sila sekaligus. Pd sila kedua, keadilan dijadikan landasan nilai perjuangan; pd sila kelima, keadilan itu dijadikan tujuan perjuangan.

Dgn itu, para pendiri bangsa mewariskan kpd kita alasan (landasan) dan tujuan perjuangan kebangsaan. Sedemikian terangnya alasan, isi, dan haluan perjuangan keindonesiaan itu sehingga seorg ahli sejarah, Rutger, menyatakan, ”Dari semua negara di Asia Tenggara, Indonesia-lah yg dlm konstitusinya pertama-tama dan paling tegas memberikan latar psikologis yg sesungguhnya dari perjuangan revolusi melawan penjajahan. Dlm filsafat negaranya, Pancasila, dilukiskannya alasan dan tujuan secara lebih mendalam dari revolusi itu.”

Jika Indonesia ada karena perjuangan dan komitmen luhur menegakkan cita-cita kemanusiaan dan keadilan, Indonesia terancam karam seiring dgn pemudaran tekad kejuangan dan komitmen keadilan.

Kehilangan terbesar bangsa ini bukanlah kemerosotan pertumbuhan ekonomi, melainkan kehilangan harga diri, yg membuat elit negeri lebih rela menjadi pelayan kerakusan ketimbang pelayan rakyat.

Kehilangan harga diri jadi pintu masuk bg keberanian korupsi. Adapun korupsi pejabat tinggi sumber pembusukan moral dan komitmen keadilan. Situasi kegentingan ini hrs menjadi panggilan sejarah baru agar kita terhindar dari "kehilangan Indonesia".

Oleh: Yudi Latif
Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI