Bernasindonesia.com - Komika Aji Pratama telah merepresentasikan dirinya sebagai wakil rakyat yang sedih melihat fenomena saling serang antar pendukung Ganjar dan Anies terkait ibadah haji.
Sindiran itu disampaikannya di CNN Indonesia TV pada 4 Juli 2023.
Aji Pratama mempertanyakan tentang niat haji dan tujuan politik, dalam tajuk "Mencari Simpati di Momen Haji."
Aji Pratama dikenal setelah ia menjadi juara pertama dalam Lomba Stand Up Comedy "Kritik DPR" pada 2018, posisi kedua ditempati oleh Marshel Widianto, dan Kiki Saputri pada posisi ketiga. Dewan Jurinya ketika itu ialah Cak Lontong, Effendi Ghazali, dan Iwel Sastra.
Dari berbagai penelitian, secara umum, masyarakat tidak suka dengan pencitraan yang berlebihan dari politisi, terutama generasi millennial dan Gen Z, apalagi jika menggunakan isu agama, suku, ras dan golongan.
Ketiga Bacapres (Prabowo, Ganjar, Anies) sebenarnya sudah berstatus Haji.
Ibadah haji itu bagus, yang tidak pas adalah, jika ibadah haji digunakan untuk meraih simpati demi tujuan politik.
Secara satir, Komika Aji Pratama menceritakan, bahwa di grup WA keluarganya juga terimbas polemik politik oleh isu ibadah haji yang dilakukan Ganjar dan Anies, apalagi banyak hoaks seperti foto editan, fitnah dan sejenisnya.
Sementara itu, pendukung Prabowo, terlihat lebih memilih untuk diam dan kebetulan di tahun politik ini, Prabowo juga memilih untuk tidak naik haji.
Aji Pratama mengakui "saya sudah capek melihat perpecahan, stop perpecahan."
Menurut saya, kesantunan dan keseimbangan Komika Aji Pratama dalam menyampaikan kritik layak diapresiasi.
Kritik Aji sebenarnya sangat keras, namun diceritakan dengan lunak dan ringan.
Kalau semakin banyak komika, Gen Z, dan generasi millennial membuat konten politik yang santun seperti Komika Aji Pratama, saya yakin Pemilu 2024 akan lebih berkualitas dan menyenangkan.
Karena sejatinya Indonesia memiliki banyak kaum muda yang berpotensi dalam mengaplikasikan hasil pendidikan, meramu informasi dan mengemas hiburan dalam sebuah konten yang proporsional.
Oleh: Hariqo Satria
Direktur Eksekutif Komunikonten, Institut Media dan Diplomasi