Publik Dunia Makin Bergolak Membela Palestina, Menentang Israel: Mengapa?

| Kamis, 02 November 2023 | 10.40 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com - Rasa keadilan!  Itulah  sentimen yang paling kuat yang membuat umat manusia bisa bertahan hingga sekarang,  juga ke depan.


Ketika dalam satu momen sejarah,  sebagian dari pemimpin atau masyarakat menjadi ganas,  menjadi buas, menjadi gila, maka sebagian yang lebih besar lagi dari publik lainnya menunjukkan aksi protesnya, menunjukkan keinginan mengoreksi. Rasa keadilan itu mengganggunya.

Itulah respon kita melihat berita-sekarang ini. Bahwa  aksi protes terhadap serangan Israel atas Palestina kini  sudah mendunia. 

Aksi protest itu berlangsung di begitu banyak negara. Tidak  hanya terjadi di  negara Islam misalnya, atau di Timur Tengah. Itu juga terjadi  di aneka pusat negara barat.

Lihatlah  beritanya. Juga  lihat fotonya. Aksi protes ini tak hanya  melibatkan bahkan puluhan ribu orang, di Amerika Serikat,  di Kanada. 

Itu juga terjadi di Jerman, di Inggris dan banyak negara-negara Eropa lainnya. Meluas juga aksi protes itu  di negara-negara Asia seperti Indonesia, Malaysia. juga di Turki.

Cuplikan  video ini terasa spirit dan militansi para demonstratornya:  “Free- free Palestine. I believe that palestinians have been subject to 75 years of a brutal open air prison system of apartheid.  And I oppose Injustice Anywhere.”

Ini aksi protes yang militan sekali,  yang keras sekali terhadap Israel. Mereka lantang dan tegas  meneriakkan “Free Palestine, free Palestine! Bebaskan Palestina.

Bukan  di Timur Tengah, video ini merekam aksi protes di Amerika Serikat. Publik yang terlibat dalam aksi protes juga mayoritasnya bukan beragama Islam. Mereka marah, gerah,karena terganggunya rasa keadilan.

Mengapa pada momen ini semakin meluas protes kepada Israel? Tiga alasannya.

Pertama,  kekerasan Israel  sudah melampaui batas.  Sebuah  rumah sakit di bom hancur luluh. Sebanyak  300 Orang mati.

Di rumah sakit itu ada anak-anak. Di sana ada ibu-ibu. Ada relawan. Ara dokter. Mereka tidak terlibat dengan perang. Mereka hanya datang ke sana karena sakit dan menyeembuhkan. Tapi secara membabi buta mereka dibunuh.

Kedua, kekerasan ini juga tak lagi terarah. Tak lagi masuk akal.  Sudah  8.000 orang mati dalam waktu kurang dari sebulan. Sebagian adalah anak-anak. 

Para bocah ini tak banyak mengerti apa yang terjadi. Tapi mereka menjadi korban. Aktivis Hamas yang berperang, tapi anak- anak Palestina yang dibunuh.

Ketiga,  yang juga menjadi penyebabnya, orang tahu bahwa di balik kemarahan Palestina  ini adalah kehendak untuk merdeka.

Berjuang untuk merdeka adalah moralitas  publik yang asasi. Siapapun dia, termasuk kita di Indonesia,  jika kita ingin merdeka, pastilah kita angkat senjata. Bahkan jika itu hanya bambu runcing yang kita punya.

Saatnya,  kita harus mencari solusi yang lebih permanen bagi lingkaran setan konflik Israel- Palestina. Presiden Amerika Serikat, Joe biden, sudah mengatakan itu.

Ketika  usai nanti perang Israel dan Hamas,  haruslah berdiri dua negara merdeka, baik itu negara Israel ataupun negara Palestina, yang hidup berdampingan dengan damai. Two State Solution.

Sebelum dunia internasional secara kolektif berhasil menciptakan, ikut mengkreasi   negara yang merdeka,  maka dunia modern tak bisa kita katakan benar-benar beradab. 

Itu karena konflik Israel- Palestina, yang berdarah, dibiarkan berlarut- larut. Ini 75 tahun sudah. Konflik tak pernah berujung pada solusi yang beradab: Two State Solution! ***

Oleh: Denny JA


Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI