Bernasindonesia.com - Saudaraku, di antara denyut waktu yang tak pernah letih berjalan, kita menapaki pagi dengan dada penuh harap. Tiap embun di ujung daun adalah bisikan alam: "Inilah awal yang baru."
Kita bukan sekadar pengamat hari—kita adalah pemahat sunyi, pengukir makna. Dengan pahat bernama tekad dan palu bernama doa, kita ukir tiap detik jadi jejak yang kelak menuntun pada hasil tak terduga.
Usaha adalah doa yang tak terucap, langkah-langkah kecil yang menggema dalam sunyi. Ia tak menuntut sorak, hanya kesetiaan bahkan ketika jalan berbatu dan badai menghadang.
Hasil, seperti mentari pagi, tak datang terburu. Ia mungkin tersembunyi di balik awan, namun tak pernah benar-benar hilang. Ia datang pada mereka yang terus melangkah, yang tak berhenti meski dunia berkata, “Cukup.”
Mengukir hari bukan soal besar atau kecil, tetapi soal hadir seutuhnya. Mencintai proses, memberi arti pada yang sederhana—senyum, peluk, kata, langkah.
Dan ketika hasil tiba, kau akan tahu: semua luka dan lelah telah menjelma jembatan menuju cahaya. Hasil tak mengkhianati usaha, karena usaha adalah cinta yang kau beri pada harapanmu.
Maka jangan berhenti. Ukirlah hari ini dengan cinta yang sabar,dengan tekad yang tak goyah. Agar saat senja datang mengetuk, kau mampu berkata dengan tenang: "Aku telah menjadi seniman waktuku, dan hasil telah menautkan makna dari setiap jejakku."
Oleh: Yudi Latif

