Ketika Stok Beras di Gudang Bolug Mencapai 4 Juta Ton

| Senin, 02 Juni 2025 | 13.02 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com - Seperti yang diperkirakan, stok beras di gudang BULOG akhirnya menembus 4 juta ton. Itu tercapai pada 29 Mei 2025. Dari jumlah itu 2,4 juta ton di antaranya berasal dari serapan gabah/beras produksi domestik. Sisanya adalah sisa stok beras akhir tahun lalu, yang sebagian besar berasal dari impor. Stok di gudang BULOG ini masih akan bertambah karena pengadaan masih digenjot hingga mencapai target 3 juta ton.


Di satu sisi, jumlah 4 juta ton beras ini tercatat sebagai stok terbesar sepanjang sejarah BULOG berdiri. Di sisi lain, stok yang besar juga menyisakan sejumlah pekerjaan rumah (PR) tidak mudah. PR ini muncul terutama karena pada dasarnya beras adalah barang yang tidak tahan lama. Sebaik apapun perawatan dilakukan, risiko turun mutu tidak dapat dihilangkan sama sekali karena yang disimpan barang mudah rusak.

Idealnya beras hanya disimpan 4 bulan. Lebih dari 4 bulan beras harus dikeluarkan dari gudang untuk disalurkan. Agar beras tidak berpotensi turun mutu, bahkan rusak. Beras yang disimpan di gudang sebagai stok mati/stok statis memerlukan perawatan lumintu. Kian lama penyimpanan kian besar biaya perawatan. Ini akan membebani BULOG sebagai korporasi. Selain itu, terbuka risiko penyusutan volume dan turun mutu. 

Stok beras bisa mencapai 4 juta ton karena BULOG sejak awal tahun digenjot menyerap gabah/beras produksi petani. Sementara penyaluran atau penjualan distop. Sejak awal 2025 hingga kini penyaluran untuk operasi pasar Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) hanya 181.173 ton. Outlet bantuan pangan beras yang sudah diputuskan akan disalurkan Januari-Februari 2025 pun distop. Inilah yang membuat stok beras jumbo.

Kalau BULOG itu makhluk hidup, sama saja si makhluk digenjot untuk terus makan tanpa ada, maaf, buang air besar ke belakang. Mula-mula mules, lalu sakit perut, dan entah apa yang terjadi. Salah satu implikasinya adalah gudang BULOG berkapasitas 3,7 juta ton penuh dan kini sewa gudang berkapasitas 1,4 juta ton. Ini semua sisi pengeluaran yang kemudian membuat BULOG pada triwulan I-2025 merugi sebesar Rp1,4 triliun.

PR lainnya adalah bagaimana menyalurkan beras jumbo itu. Dengan stok 4 juta ton berarti BULOG harus bisa menyalurkan 2,8 juta ton agar stok akhir tahun 2025 tersisa 1,2 juta ton. Karena waktu penyaluran tinggal 7 bulan berarti per bulan harus tersalur 400 ribu ton beras. Ini tidak mudah. Sepanjang sejarah BULOG penyaluran, untuk operasi pasar, bantuan dan lainnya, jarang bisa mencapai 400 ribu ton/bulan.

Sebagai gambaran, ketika krisis ekonomi parah 1997-1998 serapan operasi pasar hanya dua kali bisa mencapai di atas 400 ribu ton beras sebulan. Yakni Desember 2017 sebesar 445 ribu ton dan Februari 1998 sebesar 482 ribu ton. Bulan-bulan lainnya tersalur puluhan ribu hingga 300-an ribu ton. Saat itu pasokan beras dari produksi domestik turun tajam karena El Nino. Tahun 1997 minus 3,4% dan 1998 minus 4,6%. 

Gambaran lainnya adalah penyaluran beras tahun 2024 yang mencapai 3,697 juta ton atau 308 ribu ton per bulan. Jumlah ini melampaui penyaluran bulanan kala masih ada Raskin. Penyaluran beras tahun lalu besar karena, pertama, ada bantuan pangan beras yang totalnya mencapai 1,97 juta ton. Kedua, operasi pasar SPHP mencapai 1,4 juta ton. Tahun ini total bantuan pangan beras yang sudah diputuskan sebesar 960 ribu ton. Sementara berapa serapan beras operasi pasar amat tergantung kondisi pasar.

Merujuk prediksi BMKG, kemarau tahun ini datang terlambat. Meskipun memasuki musim kemarau, yang terjadi kemarau basah. Artinya, meskipun kemarau masih akan ada hujan. Ini kabar baik bagi petani. Ketersediaan air di musim kemarau berpeluang tidak masalah. Produksi padi berkemungkinan lumintu dan baik hingga akhir tahun. Jika demikian, produksi berpeluang melimpah. Serapan beras operasi pasar mungkin seret. 

Sementara usia beras di gudang BULOG terus bertambah. Saat ini setidaknya ada ratusan ribu ton beras berusia 9-14 bulan dan puluhan ribu ton berusia lebih 14 bulan. Agar tidak turun mutu dan susut volume, bahkan rusak, beras itu perlu segera disalurkan. Karena penyaluran bulanan harus besar, sebaiknya pemerintah tidak hanya mengandalkan operasi pasar dan bantuan pangan beras yang sudah direncanakan.

Presiden Prabowo Subianto sudah mengeluarkan Inpres No. 6/2025 tentang Pengadaan dan Pengelolaan Gabah/Beras Dalam Negeri Serta Penyaluran Cadangan Beras Pemerintah, 27 Maret 2025. Di inpres itu outlet beras BULOG terbentang luas, mulai SPHP, bantuan pangan (termasuk bantuan pangan luar negeri), tanggap darurat bencana, untuk TNI/ASN/Polri dan program Makan Bergizi Gratis, dan CBP pemda. Bahkan untuk bansos.

Agar bisa dieksekusi, regulasi ini perlu segera ditindaklanjuti lebih konkrit dalam bentuk aturan turunan oleh kementerian/lembaga. Regulasi turunan itu guna memastikan ada outlet beras BULOG dalam jumlah besar, setidaknya 2,8 juta ton. Penyaluran ini sekaligus untuk meredam, syukur-syukur bisa menurunkan, harga beras (medium dan premium) yang sudah berbulan-bulan nangkring di atas harga eceran tertinggi (HET). 

Boleh juga dibuka opsi ekspor, seperti ramai jadi perbincangan publik hari-hari ini. Akan tetapi, opsi ekspor sebaiknya dilakukan setelah bisa dipastikan produksi dalam negeri aman untuk memenuhi konsumsi. Hal itu belum bisa dipastikan hari-hari ini. Perjalanan produksi 7 bulan menuju akhir tahun masih penuh dinamika. Ekspor atau tidak sebaiknya dilakukan di akhir September karena produksi sudah mencapai 80-85%.

Penyaluran segera ini untuk menjawab pertanyaan publik: Apa gunanya stok beras bagi rakyat jika hanya ditumpuk di gudang dan membebani anggaran? Bukankah stok besar dengan harga beras di HET adalah anomali dan absurd? Yang perlu dipastikan jangan sampai penyaluran beras membuat harga gabah anjlok atau jatuh di bawah harga pembelian pemerintah: Rp6.500/kg gabah kering panen di petani apapun kualitasnya. 

Terakhir, pemerintah perlu mengoreksi kebijakan dengan mengembalikan syarat kualitas pembelian gabah petani. Pembelian gabah tanpa syarat kualitas memang menolong petani, tapi membuka laku lancung yang tidak mendidik. Implikasinya, rafaksi harga gabah musti diberlakukan lagi. Lalu, harga pembelian beras di BULOG dikoreksi agar menarik, setidaknya Rp13.000/kg. Terakhir, HET beras harus disesuaikan. Gabah adalah input beras. Ketika harga gabah naik tidak masuk akal harga beras tidak disesuaikan. 

Oleh: Khudori
Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI