Bernasindonesia.com - Bencana besar di Provinsi Aceh, Sumbar, dan Sumut membawa duka mendalam bagi bangsa ini. Korban meninggal dunia lebih dari 800 orang dan yang hilang belum ditemukan kurang lebih 600 orang. Tak terkecuali para petani dan peternak yang bukan hanya kehilangan keluarga, tetapi juga harta dan aset seperti tanah serta tanaman mereka yang turut terdampak.
“Ada kurang lebih 30.000 ha sawah terkena dampak, 5.000 ha mengalami gagal panen. Jika ditotal, kerugian pusonya saja mencapai 195 miliar,” papar Riyono Caping, Aleg Komisi IV DPR FPKS.
Kerusakan dan dampak tidak hanya terjadi pada tanaman padi, tetapi juga jagung, kedelai, serta jenis tanaman hortikultura lainnya. Kondisi ini memerlukan pemetaan dan perencanaan ulang kondisi lahan produktif persawahan sebagai penyangga pangan di tiga provinsi tersebut.
Data lain yang disampaikan oleh Sekda Sumbar pada tanggal 7 Desember 2025 menyebutkan kerusakan area persawahan meliputi: sawah terdampak 6.749 hektare, lahan terdampak 6.713 hektare, kebun terdampak 1.031 hektare, kolam ikan terdampak 10.486 unit.
“Catatan dan kerusakan yang terkena dampak harus dihitung dengan cermat agar betul-betul valid. Kementan dan Pemda harus terus meningkatkan pendataan demi perbaikan dan bantuan untuk para petani ke depan,” tambah Riyono.
Rencana Presiden Prabowo membebaskan KUR bagi petani di Aceh, Sumbar, dan Sumut merupakan langkah bijak dan penting untuk pelayanan kemanusiaan sekaligus meringankan beban para petani.
“Petani harus diringankan bebannya. KUR yang akan dibebaskan oleh Presiden merupakan kebijakan cepat yang membantu para petani kita,” tutup Riyono Caping.

