Oleh sebab itu kerja sama secara konkret dengan seluruh pemangku kebijakan di lingkungan pendidikan menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Di hari kedua kegiatan Bimbingan Teknis Penggiat Anti Narkoba, Kepala Bidang Rehabilitasi BNNP Sulut dr. Reinne G. Wowiling, MARS menyampaikan materinya bahwa paling sering untuk anak-anak remaja dan mahasiswa yang menjadi pecandu dipengaruhi oleh lingkungannya.
Awal mereka menjadi pecandu adalah keinginannya untuk coba-coba dan setelah itu melalui beberapa tahapan sampai pada akhirnya menjadi pecandu aktif.
“Lama kelamaan dalam pikirannya ini cuma ada narkotika,” ungkap Reinne.
Dihadapan peserta, Reinne mengatakan dengan tegas kepada mahasiswa, apabila mereka ingin mencoba ganja jangan di bumi Indonesia.
“Selama belum ada hasil penelitian dari Kementerian Kesehatan, bahkan WHO dan masih dilarang dalam UU No. 35 Tahun 2009, kami tidak akan melegalkan ganja,” imbuhnya.
Ia juga mengungkapkan salah satu kendala terkait program rehabilitasi yang ada di Sulawesi Utara adalah klien yang menggunakan narkoba merasa itu bukan suatu masalah, bahkan keluarga merasa rehabilitasi adalah aib, sehingga tidak mau dilaporkan dan tidak mau berobat.
“Itu memang yang menjadi stigma yang memang menjadi masalah di masyarakat, bukan cuma di Sulawesi Utara tetapi juga di Indonesia”, ungkapnya.
Selain itu, untuk apabila ada yang secara sukarela ingin direhabilitasi tidak akan dipidana, tetapi akan diproses melalui program rehabilitasi. Program ini merupakan program yang berkelanjutan dimana rehabilitasi juga dilakukan pada keluarga dan lingkungannya.
Ia berharap kedepannya semua harus bersama-sama saling menopang karena untuk program P4GN bukan hanya tugas BNN dan polisi, dan dalam bidang pendidikan nantinya bisa ada kegiatan atau satgas yang dibentuk untuk bersama dengan BNN memberantas Narkoba lewat program P4GN. BNN
