GPII Bahas Sejumlah Persoalan DKI Jakarta

| Rabu, 02 Oktober 2019 | 19.55 WIB

Bagikan:
Bernasindonesia.com - Sejumlah kader dan pengurus Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) merayakan Milad GPII ke-74. Perayaan Milad berlangsung di sekretariat GPII, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (2/10/2019).

Pada perayaan Milad GPII ini juga dilangsungkan diskusi publik bertajuk "Bergerak Membangun DKI Jakarta Yang Lebih Baik". Mantan Ketua Umum GPII DKI Jakarta menjadi pembicara. Mereka adalah Ahmad Sulhi, Feri Iswan, Erik Fitriadi dan Ketua Umum PP GPII Masri Ikoni.

Ahmad Sulhi mengatakan ada sejumlah persoalan di DKI yang harus dibenahi. Persoalan DKI yang masih akut, kata Ahmad, adalah persoalan kanjir, kemacetan dan persoalan sampah.

"Apakah teman-teman GPII melihat tiga persoalan itu," ujar Ahmad.

Menurut Ahmad, sampah mestinya dapat dikelola secara maksimal sehingga bermafaat. Bahkan, jika sampah itu dapat dikelola, hal itu dapat menguntungkan dan menjadi aset, yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk pembangunan Jakarta.

"Kenapa sampah karena memang fokus menghilangkan sampah tidak terjadi pada tataran aturan, Perda. Sampah itu mestinya menjadi aset. Ini beda dengan di Surabaya," katanya.

Hal yang sama juga disampaikan Feri Iswan. Feri menyamapikan bahwa tumpukan sampah setiap hari dan dikirim ke Bantar Gebang mencapai 4 ribu ton.

"Bayangkan kalau semua masyarakat Jakarta makan rendang. Kalau sampah itu 4000 ton sehari. bayangkan kalau 1 bulan berapa itu, kan luar biasa Jakarta," katanya.

Selain sampah, Iswan juga menyampaikan persoalan lainnya. Misalnya, dia menyebut soal tata kelola pemerintahan. Menurut Iswan, Walikota Jakarta tidak bisa berbuat apa-apa. Misalnya, soal pendistribusian program.

"Walikota rapat dengan Sudin-Sudin. Walikota hanya membawahi Camat dan Lurah-Lurah. Sudin-Sudin itu banyak yang tidak paham koordinasi meski satu kantor dengan Walikota," papar dia sambari menyebut bahwa persoalan tawuran di sejumlah kampung juga seolah menjadi ritual bagi sebagian penduduk Jakarta.

Erik Fitriadi mengatakan bahwa semua persoalan yang belum tuntas penyelesaiannya di Jakarta karena disebabkan Sumber Daya Manusia (SDM). Dia lebih spesifik berbicara soal demokrasi. Bagi dia, ada syarat yang harus dipenuhui agar sistem demokrasi lebih berkembang.

"Demokrasi tak mungkin berkembang kalau tidak ditopang SDM. Contohnya Kader GPII. Harus perluas pengetahuan. Kaderisasi di GPII lebih kepada people power, aksi. pembangunan SDM agak lemah," pungkas Erik.

Menurut dia, kader GPII harus mempersiapkan diri sejak dini dan jangan sia-siakan waktu belajar. Segala sesuatu bisa didaptkan di Jakarta jika kader GPII lebih serius belajar.

"Wilayah Jakarta ini luar biasa potensinya. Apa yang tidak ada di Jakarta. Semua etnis, suku, karakter ada di sini. Jakarta pusat pemerintahan, ekonomi dan bisnis," tukas dia.

Adapun Masri Ikoni selain berbicara soal masa lalu GPII dia juga menyampaikan hal-hal yang sedang dan akan dihadapi oleh GPII di masa yang akan datang. Sebagai organisasi besar, Masri, mengatakan jangan sampai GPII kalah dengan buzzer. Untuk itu, dia ingin GPII memiliki banyak aset untuk mengembangkan pengetahuan kader GPII.

"Misalnya (GPII) punya gedung Pusdiklat atau lembaga penelitian. Organisasi seperti kita ke depannya itu mendapat saingan cukup berat. Ada buzer. Kalau bergerak mereka (buzzer) serentak," katanya.

Masri juga menyampaikan soal wacana pemindahan ibukota dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Menurut Masri, akan ada perubahan besar-besaran di Jakarta jika pemindahan ibukota terwujud.

"Kalau ibukota pindah, Jakarta menjadi pusat bisnis dan hiburan. Kita akan menghadapi banyak pendatang. Kalau teman-teman tidak mempersiapkan diri, apakah kita harus nolak atau gimana. Ini belum kita bicara agama," katanya. (BSI)
Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI