Paradigma Science Menurut Alquran

| Senin, 10 Februari 2020 | 12.26 WIB

Bagikan:
Bernasindonesia.com - Objek penelitian science adalah benda-benda materi. Benda- benda materi dibedakan atas benda materi yang berbentuk padat, cair dan gas. Suatu materi berbentuk gas, cair atau padat, ditentukan oleh kepadatan zat dari materi tersebut. Sehingga suatu benda materi terlihat atau tidak terlihat, tergantung kepadatan zat partikel yang membentuk suatu benda materi.

Dengan demikian, menurut sains modern, tidak ada benda non-materi. Science modern lalu berkesimpulan bahwa tidak ada yang namanya metafisika, melainkan semuanya adalah fisika.


Kesimpulan science yang seperti ini, oleh sebagian ilmuan dianggap sudah benar, bahkan dipercayai sangat benar. Sehingga mereka menolak kemungkinan adanya sesuatu yang berada diluar jangkauan ilmu pengetahuan modern.

Jika pun ada yang belum ditemukan oleh piranti science, menurut ilmuan yang berpandangan seperti diatas, dikarenakan semata karena belum ditemukan saja. Dan suatu waktu menurut mereka hal itu pasti akan ditemukan.


Menurut mereka, materi ini bersifat kekal, qadim.

Benarkah segalanya adalah materi, dan benarkah materi itu kekal ? bagaimana pandangan Al-Quran.


Surah-Rahman ayat 26-27

Ayat 26.

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ


Semua yang ada di bumi itu akan binasa.

Ayat 27

وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ


"Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan".

Pada surah al-Rahman ayat 26 diatas, Allah memberitahu kepada kita bahwa semua ciptaan-Nya akan binasa, tidak kekal. Disebutkan dengan istilah "fana", artinya tidak kekal, berubah-ubah, yang dapat diartikan sebagai lawan dari "baka" atau kekal, tetap, tidak mengalami perubahan.

Dengan demikian Al-Quran membenarkan bahwa hukum-hukum materi itu sifatnya berubah-ubah, sehingga dapat disebut sesuai hukum relatifitas, seperti yang disampaikan oleh Albert Einstein.

Namun Al-Quran menolak pandangan bahwa materi itu bersifat kekal, atau qadim, seperti telah di kemukakan pada surah al-Rahman ayat 26-27 diatas


Al-Quran menjelaskan bahwa segala yang ada, selain Allah adalah makhluk, dan segala makhluk itu adalah ciptaan, dan segala ciptaan itu tidaklah kekal.


Itulah peradigma pertama dari science menurut Al-Quran. Para ilmuwan modern, silahkan membuktikan hal tersebut, jika mereka memiliki kemampuan.


Paradigma Science yang kedua adalah; segala yang ada di alam nyata, atau alam empirik,  yang eksis, merupakan kelanjutan dari apa yang telah ada terlebih dahulu diciptakan di alam non-eksistensial.

Alam non-eksistensial dalam Al-Quran disebut alam gaib, dan alam eksistesial atau empirik, disebut alam syahada.


Penyebutan alam gaib dan alam syahada dalam Al-Quran dengan frase kalimat "alimulgaibi wassyahada". Dengan demikian apa yang ada dialam eksis atau ada dialam empirik, tiada lain hanya kelanjutan dari apa yang ada di alam gaib. Alam gaib adalah alam yang belum dapat terinderai, atau belum dapat diobservasi dengan peralatan apapun. Sebab itu, mereka yang mendalami situasi alam gaib ini, seringkali dikenal sebagai kalangan mistikus, karena mereka bermain di wilayah yang irasional. Dimana science modern menolak hal-hal yang bersifat irasional tersebut.


Namun, bagi mereka yang percaya kepada apa yang disebutkan Al-Quran menganggap hal yang disampaikan oleh Al-Quran tersebut benar adanya, dan mesti diyakini keberadaannya.  Dan bahwa kelak, pada saatnya apa yang masih berada di alam gaib, akan muncul di alam empirik, sesuai kehendak Allah.


Dengan demikian paradigma ilmu pengetahuan yang kedua menurut Al-Quran adalah adanya sesuatu benda yang dapat teeinderai, sebelumnya telah ada, hanya saja belum dapat terinderai, karena masih di alam gaib, sehingga belum dapat dijangkau oleh panca indera manusia.


Paradigma yang ketiga; Ilmu menurut Al-Quran tidak diciptakan, sebagimana halnya Al-Quran itu juga tidak diciptakan. Ilmu diyakini merupakan salah satu dari sifat Allah, Yang Maha Mengetahui. Ilmu dengan demikian adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan zat Yang Maha Agung, Allah SWT. Oleh sebab itu, Qalamullah, atau ilmu Allah diajarkan langsung oleh Allah.

Kumpulan dari ilmu Allah yang telah disampaikan kepada manusia disebut Al-Quran, sehingga seluruh khakikat makna Al-Quran hanya Allah Yang Maha Mengetahui-Nya. Allah memberikan petunjuk tentang isi dari Al-Quran kepada siapa yang dikehendakinya. Dan makna-makna Al-Quran atau Qalamullah tidak dapat disentuh oleh mereka yang hatinya kotor. Sebab itu sebelum Allah mewahyukan Qalam-Nya, para Nabi dan Rasul dibina khusus oleh Allah, disucikan bathinnya oleh Allah agar hatinya dapat memahami Qalamullah.

Alqalam yang diturunkan/diwahyukan kepada Nabi Muhammad dinamai Alquran, dan setelah Nabi Muhammad mengikuti bimbingan Allah dalam membaca Al-Quran tersebut, keluarkan Al-Quran itu dialam empirik atau alam syahada dalam bentuk Kitab. Kitab AlQuran dengan demikian adalah wujud dari Alqalam,  sementara Qalam adalah sifat dari Al-Quran yang makna hakikat-Nya hanya Allah yang Mengetahuinya.

Disini berlaku hukum, bahwa suatu sifat dari objek, hanya dapat dijelaskan oleh objek pemilik sifat itu sendiri.


Dengan demikian, semua pengetahuan manusia, tiada lain hanya pemberian Allah kepada manusia. Dan dengan anugerah pengetahuan tersebut, manusia mempelajari alam semesta. Sehingga apapun yang diperoleh dari mempelajari alam semesta dan sengenap isinya, disebut sebagai "temuan". Sesuatu yang ditemukan, tentu telah ada di tempat tersebut sebelum ditemukan. Sebab itu, manusia sesungguhnya tidak menciptakan apa-apa dengan ilmunya, selain hanya menemukan sesuatu yang telah ada.

Demikianlah seharusnya paradigma Science yang dikembangkan, sehingga menjadi seorang ilmuan seharusnya semakin mendekatkan seseorang kepada Allah Yang Maha Mengetahui, Pencipta seluruh alam.semesta. ilmu pengetahuan yang semakin menjauhkan kepada Allah swt, dapat dipastikan bahwa ilmu seperti itu keliru, batal, dan buruk akibatnya.

Wallahu a'lam bissawab

Oleh: Hasanuddin

Mantan Ketua Umum PB HMI
Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI