Kemenparekraf Kaji Strategi Pemulihan 'Bounce Back Quickly'Parekraf di Masa Pandemi

| Jumat, 06 November 2020 | 05.36 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kajian penerapan strategi pemulihan “Bounce Back Quickly” pariwisata dan ekonomi kreatif di masa pandemi.


Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf/Baparekraf, Agustini Rahayu, mengatakan salah satu sektor yang paling terdampak pandemi COVID-19 adalah sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang mengalami penurunan signifikan akibat terhentinya aktivitas pariwisata.


Untuk itu, proses "bounce back" menjadi sangat penting. Selain merupakan tanda awal dimulainya aktivitas wisata, hal ini juga berdampak pada psikologis yang positif bagi para pemangku kepentingan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, baik pemerintah, pelaku usaha, maupun masyarakat. 


“Melihat hal tersebut, maka diperlukan kajian strategis dari seluruh stakeholder terkait pemulihan "bounce back quickly" di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Oleh karenanya, Kemenparekraf/Baparekraf menginisiasi kegiatan webinar daring ini untuk mendapat "insight" mengenai hal-hal yang memperkaya langkah strategis dalam pemulihan pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia,” kata Agustini dalam keterangan tertulisnya yang diterima Jumat (6/11/2020).


Agustini Rahayu menjelaskan dalam upaya pemulihan bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, pihaknya telah melakukan berbagai langkah mitigasi seperti analisis dampak, pelayanan wisatawan, dan SDM terutama dalam pelayanan informasi. 


“Karena pelayanan informasi menjadi salah satu hal yang paling penting untuk menyampaikan informasi dengan cepat dan aktual, supaya publik memahami kondisi saat ini,” ujar Agustini.


Pada bidang pelayanan wisatawan dan SDM, Kemenparekraf/Baparekraf mengeluarkan berbagai kebijakan dan program yang bertujuan untuk membantu para pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dalam  "upskilling" dan "reskilling" kompetensi serta meningkatkan kualitas dan kuantitas produk ekraf, seperti memberikan pelatihan daring. Hal ini dilakukan agar pelaku usaha tetap produktif dan berkarya di tengah pandemi.


“Sehingga, ketika sektor pariwisata dan ekonomi kreatif bangkit kembali, para pelaku usaha sudah memiliki kompetensi diri yang justru jauh lebih mumpuni,” kata Agustini.


Selain itu, Kemenparekraf/Baparekraf  juga telah membuat program pemulihan destinasi wisata seperti penguatan sapta pesona di destinasi wisata, revitalisasi amenitas di destinasi wisata, sosialisasi protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability) di setiap destinasi wisata di Indonesia, dan sertifikasi CHSE.


Ada juga program seperti Hibah Pariwisata dan BIP (Bantuan Insentif Pemerintah). Selain itu, untuk membangun "trust of destination" bagi wisatawan nusantara dan mancanegara melalui aspek penerapan protokol kesehatan CHSE, Kemenparekraf/Baparekraf membuat kampanye kampanye "Indonesia Care" atau disingkat “I Do Care”.


Direktur Kajian Strategis Kemenparekraf/Baparekraf, Wawan Rusiawan, menjelaskan pada penerapan strategi nantinya, Kemenparekraf memerlukan kerja sama dengan stakeholder terkait, sehingga kebijakan dan program yang dibuat dapat menjangkau pelaku usaha parekraf yang terdampak secara merata.


“Hal ini dilakukan agar bisa mempercepat upaya pemulihan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif,” kata Wawan.


Webinar daring ini menghadirkan beberapa narasumber antara lain "Vaccine Advocate & Internist dr. Dirga Sakti Rambe, Sekretaris Jendral Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia Maulana Yusran, dan Asia’s Next Top Model Cycle 5 & Travel Influencer Valerie Krasnadewi.


Sekretaris Jendral Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia, Maulana Yusran, menjelaskan strategi yang dapat dilakukan oleh industri hotel dan restoran untuk dapat bertahan di masa pandemi ini adalah melakukan negosiasi ke pihak perbankan dalam bentuk restrukturisasi bagi yang memiliki kewajiban, mengurangi biaya utilitas, menutup sebagian atau seluruh fasilitas yang tidak berfungsi karena "demand" nya tidak ada untuk sementara waktu, serta dapat memanfaatkan media promosi melalui digital dan media sosial.


“Terkait meningkatkan "demand" pemerintah bisa menjadi trigger dengan melakukan bussines tourism seperti, melakukan perjalanan dinas, akomodasi, penyewaan ruang pertemuan, serta memperbanyak kegiatan di hotel dan restoran. Selain untuk meningkatkan permintaan, hal ini juga dimaksudkan untuk menggerakkan ekonomi serta meningkatkan kepercayaan wisatawan dalam melakukan aktivitas wisata,” ujar Maulana.


Maulana juga mengusulkan untuk membuat incentive traveller dalam memicu pergerakan atau aktivitas wisata serta bubble tourism untuk membuka sekaligus mengembalikan wisatawan mancanegara.


Sementara itu, Vaccine Advocate & Internist dr. Dirga Sakti Rambe, memberikan rekomendasi bagi masyarakat yang akan melakukan perjalanan wisata untuk selalu menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, tidak melakukan perjalanan jika dirasa sedang tidak sehat, sebisa mungkin melakukan kegiatan outdoor dan menghindari kerumunan.


“Jika ingin sektor pariwisata dan ekonomi kreatif segera pulih, yang terpenting adalah penerapan protokol kesehatan dengan disiplin dan memiliki kepedulian terhadap sesama. Jadi, tanamkan di setiap diri masing-masing untuk selalu menjaga kesehatan,” kata Dirga. (HR)

Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI