Menjadi Penerus Jokowi Atau Membawa Isu Perubahan

| Rabu, 21 Desember 2022 | 06.41 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com - Menjadi penerus legacy Jokowi atau justru membawa spirit perubahan dan antitesa terhadap Jokowi? Inilah tema besar menjelang empat belas bulan menuju pilpres 2024.


Di kalangan pemilih yang puas dengan kinerja Jokowi, Ganjar Pranowo yang paling unggul di atas capres lain. Di kalangan yang tak puas dengan kinerja Jokowi, Anies Baswedan yang unggul di atas capres yang lain.

Pasangan Capres tertinggi masih Ganjar Pranowo- Airlangga Hartarto. Tapi Airlangga Hartarto dapat pula menghidupkan kartu Anies Baswedan untuk tiket menuju Pilpres 2024.

Di bulan Desember 2022, LSI Denny JA mencatat tumbuhnya empat king maker yang akan menentukan maksimal tiga pasang Capres. Empat king maker tersebut adalah Megawati Soekarno Putri, Airlangga Hartarto (AH), Prabowo Subianto dan Surya Paloh. 

Sementara Megawati, AH, dan Prabowo membawa spirit meneruskan Jokowi, hanya Surya Paloh yang potensial menjadi antitesa Jokowi.

•Masing-masing dari empat king maker memiliki dilemanya sendiri. Surya Paloh misalnya, dilemanya adalah Nasdem tetap di pemerintahan atau keluar dari pemerintahan agar tegas bahwa Anies Baswedan yang diusung membawa isu perubahan. 

Dilema Megawati misalnya adalah membuat kader PDIP menjadi Cawapres Prabowo (bagi Puan atau Ganjar) atau meninggalkan Prabowo dan kader PDIP maju sebagai Capres. 

Dilema Airlangga Hartarto misalnya adalah maju sebagai Capres (tapi elektabilitas belum tinggi) atau fokus menjadi cawapres  bagi capres yang paling potensial menang. 

Dilema Prabowo misalnya adalah kesulitan mencari Cawapres di luar PKB. Sementara PKB bersikukuh harus Cak Imin Cawapresnya.

•Demikianlah beberapa temuan penting dari survei nasional terbaru LSI Denny JA.  

Data dan analisa didasarkan pada survei nasional pada tanggal 10 - 19 Oktober 2022 dan riset kualitatif. Survei nasional menggunakan 1200 responden di 34 Provinsi di Indonesia. Wawancara dilaksanakan secara tatap muka (face to face interview). Margin of error (Moe) survei ini adalah sebesar +/- 2.9%. 

Sementara riset kualitatif di bulan Desember 2022 dilakukan dengan analis media, Focus Group Discussion (FGD), dan indepth interview.

-000-

Saat ini menjelang Pilpres 2024, empat king maker menonjol dengan alasanya masing-masing. 

King maker pertama, Megawati Soekarno Putri yang merupakan ketua umum dan sosok sentral di PDIP. 

PDIP sudah mengantongi tiket penuh untuk bisa mencalonkan pasangan presiden di pilpres 2024. Raihan kursi PDIP di DPR RI sebanyak 128 kursi (setara 22,26%) melampaui persyaratan minimal mengajukan pasangan capres-cawapres 2024 sebanyak 20%.

•King maker kedua adalah Airlangga Hartarto yang merupakan ketua umum partai Golkar dan inisiator dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). 

KIB merupakan koalisi yang terdiri dari Partai Golkar dengan jumlah kursi 85 kursi (14,78%), PAN dengan jumlah kursi 44 kursi (7,65%), dan PPP dengan jumlah kursi 19 kursi (3,3%). KIB sudah mengantongi tiket. Jumlah kursi koalisi ini sebanyak 148 kursi (25,73%).

•King maker ketiga adalah Prabowo Subianto, yang merupakan satu dari tiga capres elektabilitas tertinggi dan mengendalikan Gerindra sebagai partai terbesar ketiga.

•Elektabilitas Prabowo saat ini mencapai 23,9%, berada di urutan kedua, selisih 1,9% dengan urutan pertama yaitu Ganjar Pranowo yang angka elektabilitasnya mencapai 25,8%. Di urutan ketiga capres elektabilitas tertinggi ada Anies Baswedan dengan elektabilitas di angka 17,8%. 

Raihan kursi Partai Gerindra di DPR RI sebanyak 78 kursi (13,57%). Masih kurang 37 kursi (6,43%) untuk bisa mendapatkan tiket pencapresan di 2024.

King maker keempat adalah Surya Paloh yang mengendalikan satu dari tiga capres elektabilitas tertinggi (Anies Baswedan), dan bisa menghidupkan kartu dua partai yang beroposisi terhadap pemerintahan Jokowi - Ma’ruf Amin. 

Dua partai yang beroposisi adalah partai Demokrat dengan jumlah kursi 54 kursi (9,39%) dan PKS dengan jumlah kursi 50 kursi (8,70%). Jumlah kursi dua partai ini adalah 104 kursi (18,09%). 

Jika partai Demokrat dan PKS di tambah partai Nasdem yang mempunyai 59 kursi, maka jumlah kursi mencapai 163 kursi (28,35%). Jumlah ini melampaui syarat minimal tiket pencapresan 2024.

•Empat tokoh ini disebut king maker karena lima capres tertinggi adalah pria (king) tak ada perempuan (queen). 

Dengan komposisi diatas, paling banyak hanya mungkin tiga pasangan capres karena PDIP sepertinya mustahil tidak berkoalisi dengan partai lain. Komposisi ini tidak cukup untuk empat atau lebih pasangan capres.

•Lima capres elektabilitas tertinggi adalah  pertama, Ganjar Pranowo dengan angka elektabilitas 25,8%. Kedua, Prabowo Subianto dengan angka elektabilitas 23,9%. Ketiga, Anies Baswedan dengan angka elektabilitas 17,8%. Keempat, Ridwan Kamil (RK) dengan angka elektabilitas 9,4%. Kelima adalah Airlangga Hartarto dengan angka elektabilitas 5,0%).
 
Masing-masing  dari empat king maker ini menghadapi dilema. Dilema ini berkaitan dengan posisi capres maupun cawapres yang akan diusung, posisi di pemerintahan, posisi koalisi, atau  bahkan slogan kedepan sebagai penerus atau antitesa Jokowi.

-000-

Pertama: Surya Paloh

•Surya Paloh dengan partai Nasdemnya mengajukan Anies Baswedan sebagai calon presiden 2024. 

Data menunjukan pemilih yang puas dengan kinerja presiden Jokowi, Ganjar yang menang. 

Pemilih yang puas  terhadap kinerja presiden Jokowi memilih Ganjar sebanyak 32%. Yang memilih Prabowo sebanyak 23,1%, dan memilih Anies sebanyak 12,3%. Di pemilih yang puas terhadap kinerja presiden Jokowi, Ganjar yang menang.

Sementara itu, di segmen pemilih yang tidak puas dengan kinerja presiden Jokowi, Anies yang menang.  Pemilih yang tidak puas terhadap kinerja presiden Jokowi yang memilih Anies sebanyak 35,6%. Yang memilih Prabowo sebanyak 27%, dan memilih Ganjar sebanyak 8,5%. Di pemilih yang tidak puas dengan kinerja presiden Jokowi, Anies yang menang

Dilema pertama Surya Paloh adalah kuat di suara yang beroposisi dengan Jokowi, tapi ia masih menjadi bagian dari pemerintahan Jokowi. 

Saat ini ada tiga kader partai Nasdem yang menjadi menteri dalam pemerintahan Jokowi. Mereka yaitu Syahrul Yasin Limpo (Menteri Pertanian), Johnny G Plate (Menteri Komunikasi dan Informasi), serta Siti Nurbaya Bakar (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan).

Dilema kedua Surya Paloh, Nasdem tetap di pemerintahan atau keluar dari pemerintahan agar tegas bahwa Anies Baswedan yang diusung membawa isu perubahan.

Dilema ketiga Surya Paloh, dalam mengusung Anies Baswedan akan membawa slogan penerus Jokowi atau antitesa Jokowi.

Dilema Keempat Surya Paloh, menampung partai oposisi PKS atau Demokrat (dengan AHY sebagai Cawapres Anies), atau memoderatkan diri bergabung dengan KIB dengan Airlangga sebagai Cawapres.

-000-
 
Kedua: Megawati

•Elektabilitas dua kader PDIP dan Prabowo jika diurut sebagai berikut. Peringkat pertama ada Ganjar dengan elektabilitas sebesar 25,8%. Ia di atas peringkat Prabowo dengan 23,9%. Dan Peringkat kedua Puan Maharani sebesar 2,9%, jauh di bawah elektabilitas Prabowo.

Dilema Pertama Megawati, membuat kader PDIP menjadi cawapres Prabowo (bagi Puan atau Ganjar), atau meninggalkan Prabowo, dan kader PDIP maju sebagai capres. 

Dilema kedua Megawati, jika menyerahkan Puan sebagai cawapres Prabowo, Ganjar akan dipinang partai lain sebagai Capres. Sulit bagi Ganjar menolak pinangan Capres partai lain jika partainya sendiri, PDIP, tidak mencalonkannya.

Dilema ketiga Megawati, jika menyerahkan Ganjar menjadi cawapres Prabowo bukankah elektabilitas Ganjar lebih tinggi dan PDIP partai lebih besar dibandingkan Gerindra?

Dilema ke empat Megawati, jika Ganjar dipilih maju sebagai capres PDIP siapa wakilnya? Mustahil cawapres Ganjar adalah Prabowo karena Prabowo ingin  tetap menjadi  capres (ini berarti tidak berkoalisi dengan Gerindra). 

Mustahil juga cawapres Ganjar dari PKS, Demokrat dan Nasdem karena memilih mengusung Anies Baswedan sebagai capres.

Pilihan tersisa bagi PDIP adalah cawapres dari KIB (Airlanga Hartarto), atau dari PKB (Cak Imin atau dari kalangan NU)

-000- 
 
Ketiga: Airlangga Hartarto

Dilema pertama AH, maju sebagai capres (tapi elektabilitas belum tinggi), atau fokus menjadi cawapres bagi capres yang paling potensial menang. 

Jika dilihat dari data survei, maka Ganjar-AH merupakan pasangan dengan elektabilitas tertinggi sebesar 28,7% dibandingkan dengan pasangan Anies-AHY dan Prabowo-Muhaimin dengan persentase masing-masing 22,4% dan 21,6%.

Dilema kedua AH, jika AH memilih cawapres dari Ganjar, bagaimana jika Ganjar dijodohkan dengan cawapres lain? AH harus hidupkan kartu alternatif. 

Data menunjukan jika tidak dengan Ganjar Pranwo, berpasangan dengan Anies Baswedan menjadi pilihan kedua bagi Airlangga Hartarto.

Pasangan Ganjar-AH memang lebih unggul sebesar 28,7% dibandingkan dengan pasangan Anies-AH sebesar 21,4%.  Tapi selisih itu masih satu digit dan masih bisa dikejar untuk jangka waktu Pilpres yang masih panjang.

Jika Anies berpasangan dengan AH, pasangan ini saling melengkapi. Anies adalah kekuatan segmen Islam, sedangkan AH segmen nasionalis. Anies Solidarity Maker, AH teknoratis. 

Tapi ini menjadi dilema ketiga  AH. Berpasangan dengan Anies akan membuat AH keluar dari gerbong Jokowi, karena Anies lebih membawa suara perubahan.

Dilema Keempat AH, Munas Golkar memberi mandat AH sebagai Capres. Pendaftaran capres di bulan September 2023. 

Memang masih ada waktu menaikan elektabilitas AH sebagai capres. Namun AH jangan lupa  bahwa telat bergerak akan membuat Ganjar atau Anies keburu memiliki cawapres yang lain.

-000-
 
Keempat: Prabowo Subianto

Tingkat pengenalan Prabowo sudah maksimal mencapai angka 96%.  Tapi elektabilitas Prabowo jauh menurun dibanding Pilpres 2019. 

Pada saat Pilpres 2019, elektabilitas Prabowo – Sandi mencapai 44,5%. Saat ini elektabilitas Prabowo berada di angka 23,9%.

Hampir mustahil Prabowo maju sebagai Cawapres atau tidak maju Capres. Menjadi Capres 2024 adalah kesempatan terakhir. 

Dilema pertama Prabowo, sudah sulit menang Pilpres 2024 karena elektabilitasnya sudah melampaui puncak, dan ia sudah dilewati oleh Ganjar Pranowo.

Tetapi Prabowo harus tetap maju untuk mendongkrak dukungan terhadap Partai Gerindra.

Dilema kedua Prabowo, pilihan pertama Prabowo mendapat cawapres dari PDIP (Ganjar atau Puan). Tapi pasangan dari PDIP semakin sulit di dapat karena PDIP sebagai partai terbesar jika memungkinkan tetap akan memilih capres dari partainya sendiri.

Dilema ketiga Prabowo kesulitan mencari cawapres diluar PKB. Sementara PKB bersikukuh harus Cak Imin cawapresnya.

-000-

Empat belas bulan menuju Pilpres 2024, pilihan semakin mengerucut. Pilihannya bertambah tajam:  membawa slogan penerus Jokowi atau meletupkan isu perubahan.

Semakin menuju pilpres 2024, semakin kekuasan riel Jokowi berkurang. Hal yang biasa terjadi di negara demokrasi, setahun apalagi 6 bulan sebelum masa jabatan berakhir, presiden yang berkuasa menjadi “Lame- Duck President.” 

Presiden semakin tak lagi diikuti  kekuatan sosial politik lainnya. Mata dan perhatian kekuatan sosial politik semakin menuju pada pilpres berikutnya.

Saat itulah, isu perubahan dan antitesa atas Jokowi menguat. Spirit ini akan mengimbangi kekuatan penerus Jokowi yang juga kuat. ***

Oleh: Denny JA
Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI