Bernasindonesia.com - Apa yang terjadi jika Anies Baswedan dikalahkan dalam pemilu presiden 2024 justru sebelum kampanye dimulai?
Yang mengalahkannya bukan suara rakyat di Tempat Pemungutan Suara. Tapi yang mengalahkan Anies Baswedan adalah ketuk palu Mahkamah Agung.
Anies tersisih bukan karena kalah suara di hari pilpres tapi karena ia gagal mendapatkan tiket calon presiden 2024.
Ini terjadi jika Partai Demokrat pimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bermasalah secara hukum karena Mahkmah Agung memenangkan gugatan Moeldoko.
Kemungkinan kalahnya Demokrat versi AHY di Mahkamah Agung belum pasti. Tapi kemungkinan itu tak pula bisa sama sekali diabaikan.
Tanpa kehadiran Anies Baswedan sebagai capres, maka pilpres 2024 hanya diikuti oleh All The President’s men: Head to Head Prabowo versus Ganjar.
Kondisi inilah yang digali dalam presentasi LSI Denny JA kali ini.
Kami melakukan survei tatap muka (face to face interview) dengan menggunakan kuesioner kepada 1200 responden di seluruh Indonesia.
Margin of error survei ini sebesar 2.9%. Survei dilakukan pada tanggal 3-14 Mei 2023.
Selain survei dengan metode kuantitatif, LSI Denny JA juga memperkaya informasi dan analisa atas isu paling mutakhir dengan metode kualitatif, seperti analisis media, in-depth interview, expert judgement dan focus group discussion.
-000-
Bagian 1: Terganggunya Koalisi Perubahan yang Mengusung Anies Baswedan
Terganggunya koalisi perubahan yang mengusung Anies Baswedan karena beberapa hal :
Pertama, pada bulan Mei 2023, Partai Demokrat versi Moeldoko mengajukan empat bukti baru ke Mahkamah Agung (MA) agar kepengurusannya di sahkan.
Jika Demokrat versi moeldoko yang disahkan, Partai Demokrat besar kemungkinan tak mendukung Anies Baswedan menjadi Capres 2024. Berganti pimpinan yang sah di Partai Demokrat, berganti pula calon presiden yang diajukan.
AHY sendiri termasuk yang paling awal membuat pernyataan. Ujar AHY, gugatan hukum Moeldoko terhadap kepengurusan DPP
Partai Demokrat melalui Peninjauan Kembali ke MA berujung untuk menggagalkan Anies Baswedan menjadi Capres 2024.
Kedua, kasus hukum juga menimpa petinggi Partai Nasdem. Kasus korupsi 8 triliun memang untuk Johny G Plate sebagai Menkominfo. Masalahnya Johny juga Sekretaris Jendral Partai Nasdem.
Pemberantasan korupsi memang menjadi prioritas untuk membentuk pemerintahan yang bersih. Namun konteks dan suasana politik masa kini mudah saja menafsir peristiwa ini juga sebagai bagian dari tekanan politik.
Banyak menteri dan mantan menteri yang potensial bermasalah secara hukum. Pemberantasan korupsi atas Johny Plate dianggap tebang pilih. Ia pisau yang tajam untuk oposisi, tapi tumpul untuk kawan koalisi.
Ketiga, diberitakan pula bisnis Surya Paloh terkena dampak setelah deklarasi Anies Baswedan sebagai capres Nasdem. Jasa Katering selama 30 tahun di Freeport terancam diganti. Usaha properti milik Surya Paloh senilai 8 triliun macet, yang rencana dapat pinjaman bank pemerintah.
Jika Partai Demokrat atau Nasdem tak lagi mencalonkan Anies, tiket capres Anies gagal di dapat. Tanpa kehadiran salah satu partai itu, koalisi perubahan tak mencapai minimum 20% untuk pencalonan presiden.
Partai Nasdem saat ini (2019-2024) mempunyai kursi di DPR RI sebanyak 59 kursi ini setara dengan 10.26%.
Sedangkan Partai Demokrat mempunyai kursi di DPR RI sebanyak 54 kursi, ini setara 9.39%.
PKS memiliki kursi di DPR RI sebanyak 50 kursi, ini setara 8.70%.
Jumlah kursi dari Nasdem, Demokrat, dan PKS yang menamakan sebagai koalisi perubahan sebanyak 163 kursi, ini setara dengan 28.35%.
Apa yang terjadi jika hanya head to head Prabowo versus Ganjar, karena Anies batal jadi capres 2024? Siapa yang unggul: Prabowo atau Ganjar? Di segmen mana saja mereka menang dan kalah?
-000-
Bagian 2: Pilpres Satu Putaran Prabowo vs Ganjar
Head to Head Prabowo versus Ganjar, menempatkan Prabowo sebagai pemenang dengan selisih 7.2%.
Prabowo elektabilitasnya sebesar 50.4%, Ganjar elektabilitasnya sebesar 43.2%. Sebesar 6.4% menyatakan tidak Tahu/tidak Jawab.
Posisi dukungan capres tertutup tiga nama (Prabowo, Ganjar, Anies), Prabowo unggul tipis dengan 33.9%. Ganjar di angka 31.9%. Anies sebesar 20.8%. Prabowo menang dengan selisih 2.0% saja di atas Ganjar.
Kemenangan Prabowo atas Ganjar lebih telak ketika head to head. Selisih kemenangan Prabowo atas Ganjar naik, dari selisih 2.0% menjadi selisih 7.2%.
Mengapa terjadi peningkatan elektabilitas Prabowo ketika head to head dengan Ganjar? Hal ini terjadi karena migrasi pemilih Anies yang tak berimbang.
Mayoritas pendukung Anies lebih banyak berpindah ke Prabowo dibanding migrasi ke Ganjar.
Sebesar 50.8% pendukung Anies, berpindah ke Prabowo. Sementara pendukung Anies yang berpindah ke Ganjar hanya separuhnya: 25.4%.
Kemenangan Prabowo atas Ganjar paling tinggi di segmen pendapatan dibawah dua juta perbulan.
Di segmen ini, Prabowo elektabilitasnya mencapai 51.4%. Ganjar di segmen ini elektabilitasnya sebesar 41.4%.
Prabowo menang di segmen pendidikan tamat SD ke bawah, dan pendidikan tamat D3 keatas.
Ganjar menang di segmen pendidikan tamat SMP sederajat, dan SMA sederajat.
Kemenangan Prabowo atas Ganjar paling tinggi di segmen tamat SD kebawah. Prabowo mencapai 56.4%. Ganjar di segmen ini hanya sebesar 37.1%.
Kemenangan Ganjar atas Prabowo paling tinggi di segmen tamat SMA sederajat. Ganjar mencapai 47.7%. Prabowo memperoleh 45.4%.
Prabowo menang di lima teritori (Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Bali-NTB-NTT, Maluku-Papua), Ganjar menang di satu teritori (Jawa).
Kemenangan Prabowo atas Ganjar paling tinggi di teritori Sulawesi. Prabowo mencapai 76.2%. Ganjar di teritori Sulawesi memperoleh 22.6%.
Kemenangan Ganjar ada di Jawa secara umum. Di pulai ini, elektabilitas Ganjar sebesar 52.5%. Sedangkan Prabowo sebesar 43.4%.
Prabowo menang di tujuh pemilih partai (Gerindra, Golkar, PKB, PKS, Nasdem, PAN, Demokrat). Ganjar menang di satu pemilih partai (PDIP).
Kemenangan Prabowo paling tinggi di pemilih Gerindra. Kemenangan Ganjar paling tinggi di pemilih PDIP.
Prabowo menang di segmen Islam, Ganjar menang di segmen non-Islam. Di pemilih Islam, Prabowo elektabilitasnya mencapai 51.8%, Ganjar 43.0%. Di segmen non Islam, elektabilitas Ganjar mencapai 47.5%, Prabowo 26.4%.
Prabowo menang baik di pemilih laki-laki maupun pemilih perempuan. Kemenangan Prabowo atas Ganjar, paling tinggi di gender laki-laki. Elektabilitas Prabowo di segmen laki-laki sebesar 52.1%. Elektabilitas Ganjar di segmen laki-laki sebesar 42.9%.
Prabowo menang di 3 provinsi dari lima provinsi terbesar (Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Banten), Ganjar menang di dua provinsi (Jawa Tengah dan Jawa Timur).
Kemenangan Prabowo atas Ganjar paling tinggi di Banten dengan elektabilitas Prabowo sebesar 82.2%. Elektabilitas Ganjar di Banten sebesar 16.9%.
Kemenangan Ganjar atas Prabowo paling tinggi di di Jawa Tengah, dengan elektabilitas Ganjar mencapai 80.6%. Elektabilias Prabowo di Jawa tengah sebesar 17.8%.
Prabowo menang di dua media social (Faceebook dan Email). Ganjar menang di tiga media sosial (Tiktok, Instagram, dan Twitter.
-000-
Bagian 3: Kemana Anies dan Partai Koalisisi Perubahan Jika Gagal Dapatkan Tiket Capres 2024?
Kemanakah langkah Anies Baswedan jika is gagal mendapatkan tiket capres?
Anies bisa bertarung kembali di pilkada DKI 2024-2029. Atau, bisa pula, Anies masuk dalam bursa cawapres 2024.
Apapun yang dipilihnya, Anies tentu memilih membuatnya lebih mudah untuk
mendapatkan tiket capres di 2029 nanti, lima tahun kemudian.
Satu periode menjadi orang nomor satu di Jakarta, tentu menjadi modal utama Anies untuk maju kembali di Pilkada DKI 2024.
Jikapun Anies masuk ke bursa cawapres, ia belum tentu akhirnya yang di pilih, walau Anies dapat menaikkan elektabilitas sang Capres.
Anies berpotensi menjadi matahari kembar bagi presiden terpilih nantinya. Di samping itu ada rasa khawatir presiden terpilih. Dengan menjadi wapres, bukankah itu membuat Anies menjadi capres yang lebih kuat lagi di 2029 untuk kelak menantang sang Presiden itu sendiri?
Lalu bagaimana dengan Partai Koalisi Perubahan? Jejak panjang persaingan politik, kecil kemungkinan Demokrat dan Nasdem bergabung dengan PDIP (Ganjar). Sementara karena alasan ideologi atau politik agama, kecil pula kemungkinan PKS berkumpul dengan PDIP (Ganjar).
Jauh lebih besar kemungkinan semua partai Koalisi Perubahan: Nasdem, PKS, dan demokrat, bergabung dengan Prabowo.
-000-
Bagian 4: Bursa Cawapres jika hanya All the President’s Man : Prabowo vs Ganjar
Jika Anies gagal mendapatkan tiket capres, maka capres 2024 hanya diikuti oleh calon presiden dari dua partai besar saja. Ganjar Pranowo dari PDIP versus Prabowo Subianto dari Gerindra.
Tapi bagaimana dengan partai besar lainnya: Partai Golkar? Jika Anies gagal mendapatkan tiket capres dari koalisi perubahan, kartu Golkar justru lebih hidup.
Golkar dapat membuat Anies memperoleh tiket capres cukup dengan berkoalisi dengan salah satu partai apa saja, di luar PPP, agar mendapatkan tiket minimum 20 persen kursi DPR.
Golkar justru akan memiliki daya tawar (bargaining) lebih kuat lagi. Golkar dapat menggertak. Jika Airlangga Hartarto (AH) tak menjadi cawapres terpilih (oleh Ganjar atau Prabowo), Golkar bersama partai lain dapat menghidupkan kembali tiket capres Anies Baswedan.
Tapi tentu itu bergantung pula pada kenekatan Airlangga Hartarto. Ia akan berhitung apa yang akan menimpa dirinya dan Golkar jika berani mencalonkan Anies sebagai capres. Airlangga akan berkaca dari apa yang dialami Surya Paloh.
Jika Anies tak dapat tiket capres, tidak
juga dari Golkar, maka bursa cawapres bertambah.
Peringkat pertama cawapres mengerucut kepada Anies Baswedan vs Airlangga Hartarto. Masing- masing memiliki kekuatan dan kelemahannya.
Anies bisa menambah elektabilitas capres, berbeda dengan cawapres lain. Tapi Anies tidak membawa partai besar, sumber dana, dan pengalaman di pemerintah pusat.
Ditambah lagi, sosok Anies dapat menjadi ancaman bagi sang Capres. Anies bisa menjadi matahari kembar bagi presiden terpilih nanti.
Sebaliknya, Airlangga Hartarto memang tidak menambah elektabilitas Capres secara langsung melalui personal diri Airlangga sendiri.
Tapi Airlangga bisa mempengaruhi elektabilitas Capres secara tidak langsung. Itu karena Airlangga membawa mesin partai besar, sumber dana, pengalaman di pemerintah pusat untuk isu ekonomi.
Diluar Anies dalam bursa cawapres yang mampu mendongkrak elektabilitas capres, Airlangga Hartarto tetap peroleh indeks cawapres tertinggi.
Index cawapres ini merupakan variabel yang menjadi pertimbangan penentuan cawapres. Variable ini antara lain: elektabilitas, ketua umum partai(tiket), tokoh dari ormas besar, pengalaman pemerintahan, dan jaringan sumber dana.
Airlangga Hartarto unggul karena ada tiga variabel yang ia miliki: ketua umum partai, pengalamanan pemerintahan, dan jaringan sumber dana.
Sedangkan Cawapres lain hanya memiliki dua atau satu variabel saja: Erick Thohir, Muhaimin Iskandar, Sandiaga Uno, Mahfud MD dan Khofifah.
Sebagai penutup, belum tentu upaya menggagalkan Anies baswedan sebagai capres 2024 berhasil. Hasil tekanan politik dan hukum justru dapat memberikan militansi tambahan bagi koalisi perubahan.
Semakin ditekan justru semakin hidup. Bakan Koalisi Perubahan dapat memainkan kartu “diperlakukan tak adil,” atau “dizalimi.” Ini untuk mendapatkan simpati ekstra dari pemilih.
Namun jika benar akhirnya Anies Baswedan tak dapat tiket capres 2024, maka pilpres akan selesai lebih cepat. Ini akan menjadi pilpres tanpa putaran kedua. ***
Oleh: LSI DENNY JA