Pilkada Jakarta Menghangat, Fahira Idris: Penting Pilih Calon yang Punya Gagasan Atasi Polusi Udara

| Senin, 01 Juli 2024 | 06.32 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com - Walau baru akan digelar pada 27 November 2024 mendatang, gelaran pilkada Daerah Khusus Jakarta semakin menghangat seiring munculnya nama-nama bakal calon dan manuver berbagai partai politik. Rekam jejak pun menjadi perbincangan hangat warga Jakarta untuk mengukur kemampuan para calon menyelesaikan kompleksitas persoalan Jakarta. Salah satu yang utama adalah polusi udara yang sudah, sedang dan akan menjadi tantangan bagi provinsi yang menjadi pusat aktivitas perekonomian nasional ini.


Anggota DPD RI Dapil Daerah Khusus Jakarta Fahira Idris mengungkapkan, dari sekian banyak tantangan yang dihadapi Jakarta, polusi udara menjadi salah satu yang harus segera dicarikan solusinya. 

Menurutnya, kombinasi berbagai aktivitas dan keadaan membuat kualitas udara di Jakarta semakin buruk terutama disebabkan oleh masifnya penggunaan kendaraan bermotor pribadi, keberadaan sekitar 10 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sekitar Jakarta (Banten dan Jawa Barat) yang mengeluarkan asap batu bara, dan posisi Jakarta yang dikelilingi ratusan fasilitas industri. 

Polusi udara juga semakin menjadi karena adanya peningkatan konsentrasi polutan udara saat musim kemarau di bulan Mei hingga September seperti saat ini.

“Bagi saya, penting bagi kita warga Jakarta memilih calon gubernur yang memiliki gagasan atasi polusi udara di Jakarta. Jika tidak ada upaya konkret memperbaiki kualitas udara di Jakarta, maka dikhawatirkan tidak hanya berdampak ke sektor kesehatan manusia tetapi juga sektor-sektor lain mulai dari lingkungan, ekonomi, hingga pariwisata,” ujar Fahira Idris di Jakarta (30/6).

“Kita tahu bersama,  selain berdampak serius terhadap kesehatan manusia, buruknya kualitas udara di Jakarta akan memberi dampak turunan yang juga serius terutama terhadap lingkungan dan ekonomi. Warga Jakarta sebagai penggerak utama ekonomi, tidak akan optimal menjalankan perannya jika derajat kesehatannya menurun yang otomatis produktivitasnya juga akan menurun,” tambah Senator Jakarta.

Sebuah kota, yang tidak bisa mengendalikan polusi udara, bukan hanya akan menurunkan produktivitas warganya, tetapi juga akan bermasalah dengan persoalan lingkungan karena partikel polutan dapat merusak vegetasi, menyebabkan eutrofikasi air, dan merusak lingkungan perairan atau ekosistem air.

Jika derajat kesehatan masyarakat sebuah kota turun dan lingkungan hidupnya terganggu, maka produktivitasnya akan rendah dan ini berdampak langsung terhadap laju ekonomi kota tersebut. Kota yang polusi udaranya tinggi juga berdampak buruk terhadap citra kota sehingga wisatawan dan even-even besar enggan berkunjung dan mengadakan kegiatan di kota tersebut.

“Polusi udara di Jakarta ini persoalan serius dan harus menjadi salah satu isu penting dalam pilkada kedepan. Secara ekonomi, polusi udara di Jakarta juga bisa berdampak serius. Kita tahu bersama, setelah tidak lagi menjadi ibu kota, maka salah satu fokus Jakarta adalah menjadi kota kegiatan wisata dan industri MICE yaitu meeting, incentive, convention, exhibition terkemuka di dunia. Ini artinya, persoalan polusi udara harus diselesaikan terlebih dahulu agar Jakarta menjadi tempat yang nyaman untuk menggelar event-event besar,” pungkas Fahira Idris.
Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI