Bernasindonesia.com - Tidak diduga-duga, konflik bersenjata di Asean meletus. Kamboja vs Thailand: sengketa wilayah sekitar Kuil *Preah Vihear*.
Tidak menutup kemungkinan lingkar dekat Indonesia yang lain dibelit konflik. Timor Leste diambang pertengkaran internal. Kemiskinan membuat masa depan negara itu tidak terprediksi.
Di sisi lain, berkembang fenomena menarik. *Relasi people to people*_ Asean memiliki caranya sendiri. Musik Indonesia kini banyak menjadi jembatan komunikasi antar masyarakat Asean.
Musik Indonesia populer di Malaysia & Brunei. Ada kesamaan bahasa-budaya. Dewa 19, Sheila on 7, Raisa, dan Judika, lagu-lagunya sering diputar di radio di kedua negara. Banyak penggemar.
Pasar musik Singapura kecil. Tapi musisi Indonesia juga memiliki penggemar. Khususnya warga Melayu.
Thailand, Vietnam, dan Filipina: musik Indonesia belum populer seperti K-Pop, J-Pop, musik barat. Tapi sudah menarik perhatian. Lewat platform TikTok dan YouTube beberapa lagu asal Indonesia viral.
Myanmar, Laos, Kamboja: eksposur terhadap musik Indonesia masih sangat terbatas. Akan tetapi media digital mulai membuka jalan.
Lagu pop, ballad (lagu balada) disukai. Dangdut _*remix*_ juga mulai menarik perhatian. Melodinya _*catchy*_ dan lirik emosional. Genre indie atau singer-songwriter juga disukai kalangan muda negara-negara itu. Produksinya berkualitas. Liriknya dalam.
Wilayah Pasifik: Papua Nugini dan Melanesia, memiliki akar budaya mirip Indonesia Timur. Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara.
Musik dari kawasan ini bergenre etnik-pop, reggae lokal, atau akustik Papua. Bisa terasa akrab dan relatable bagi pendengar masyarakat Pasifik.
Lagu dari Steven & Coconut Treez atau Tony Q Rastafara (reggae Indonesia) sering disukai. Gaya musiknya mirip island reggae yang populer di Pasifik.
Berbagai teori mengkonfirmasi “musik” alat efektif diplomasi damai. Instrumen resolusi konflik.
Joseph Ny: musik adalah bagian dari _*soft power*_. Kekuatannya tidak memaksa tapi memengaruhi melalui daya tarik budaya. Ia katakan dalam buku *Bound to Lead (1990) dan Soft Power: The Means to Success in World Politics (2004)*.
Milton C. Cummings (2003): *musik adalah alat pertukaran budaya.* Mampu menjembatani perbedaan politik. Menciptakan ruang dialog antarnegara.
John Paul Lederach (1997): musik dapat memperkuat rasa identitas bersama. Menyampaikan trauma secara simbolik. Membuka ruang untuk empati.
Berdasarkan kerangka teori itu, fenomena penetrasi musik Indonesia ke ASEAN dan Pasifik bermakna positif. Tidak bisa dimaknai sekedar motif komersial.
Harus mulai dipahami sebagai potensi *instrumen stabilizasi geopolitik*. Jembatan perdamaian antar masyarakat suatu bangsa.
Konflik, lazimnya didominasi elit. Bukan rakyat. Konflik bisa juga dipicu segelintir desakan rakyat. Akan tetapi tidak mewakili keseluruhan masyarakat. Kohesi masyarakat antar negara bisa meredam konflik elit itu. Bahasa universal perdamaian -termasuk musik- dapat memperkuat kohesi itu.
Bagaimana optimalisasi musik Indonesia sebagai jembatan damai Asean-Pasifik?.
_*Pertama*_, pemerintah, termasuk Hankam, harus mulai memasukkan "musik sebagai Diplomasi Rakyat" _*(People's Cultural Diplomacy)*_. Menempatkan musik sebagai bagian strategi _*soft power*_ non-negara. Bagian menjaga harmoni kawasan Asia-Pasfik.
Perlu diplomasi musik terpadu _*(Integrated Music Diplomacy)*_. Kemenhan, Kemenlu, Kemenbud, Pelaku Industri, Diaspora, perlu membentuk _*“ASEAN Musical Envoys”*_. Musisi Indonesia dan negara lain diundang tampil dalam forum bersama bertema perdamaian, inklusi, dan identitas kawasan. Tour periodik musik lintas negara ASEAN + Pasifik bertema budaya damai.
_*Kedua*_, perlu survey persepsi publik lintas negara tentang lagu Indonesia dan narasi perdamaian. Menguji daya jangkau musik Indonesia sebagai alat kohesi Kawasan.
Pada genre dan tema konten lagu paling menarik perhatian, diberi dukungan penuh. Untuk memperlebar kohesivitas antar masyarakat Asean dan Pasifik.
_*Ketiga*_, perlu pilot program. Kolaborasi budaya ASEAN–Pasifik berbasis komunitas dan Musisi Independen. Perlu pertukaran musik dan kolaborasi lintas negara.
Misalnya memberi fasilitasi residensi musik untuk artis ASEAN dan Pasifik di Indonesia. Program kolaborasi lintas budaya (contoh: gamelan + kulintang Filipina, atau keroncong + reggae Pasifik).
_*Keempat*_, mendorong musisi Indonesia membuat lagu perdamian lintas negara. Misal dengan lirik multibahasa (Bahasa Indonesia + Melayu + Thai + Tagalog). Tema kebersamaan kawasan, keberagaman, dan toleransi.
_*Kelima*_, membuat Digital Platform Diplomacy. Memanfaatkan berbagai flatform media sosial membuat campaign: (#ASEANHarmony, #PacificVoices). Merilis konten dokumenter pendek tentang kolaborasi musik Indonesia dan Kawasan.
*_Keenam_*, festival dan forum rutin bertema damai & budaya. Seperti “ASEAN Peace & Music Festival”. Tuan rumah bergilir.
Mungkin itu bisa menjadikan musik Indonesia sebagai instrument geopolitik. Alat perdamaian Kawasan.
Oleh: Abdul Rohman Sukardi