Cahaya Kota dan Jiwa

| Rabu, 15 Oktober 2025 | 07.55 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com - Saudaraku, kota berkilau seperti samudra cahaya yang mabuk akan dirinya sendiri. Lampu-lampu menari di langit malam, seolah ingin menyaingi bintang—padahal bintang telah lama menyingkir dari pandangan manusia yang tak lagi menengadah. Di bawah sorot neon dan kaca, segalanya tampak hidup, namun jiwa terasa padam.


Aku menapaki jalan-jalan sibuk, diapit deru mesin, tawa hampa, dan bayang reklame yang menjajakan kebahagiaan. Namun semakin terang cahaya di luar, makin gelap relung di dalam dada. Aku mendengar gemuruh dunia, tapi tak lagi mendengar detak hatiku sendiri.

Pernah aku iri pada cahaya lampu—pada kilaunya yang tak pernah lelah. Namun aku sadar, di balik gemerlap itu, ia pun perlahan memudar, habis oleh terang yang diciptakannya sendiri. Sedang jiwa, meski redup, menyimpan nyala yang tak pernah padam, asal dijaga dari angin kesombongan dan kerakusan.

Keheningan memanggilku. Di sela bising kota, aku mencari celah untuk mendengar-Nya. Di antara langkah tergesa dan raungan mesin, aku belajar berzikir tanpa suara. Sungguh, cahaya sejati tak datang dari pancaran luar, melainkan dari bara kecil yang menyala di ruang paling sunyi dalam dada.

Namun sulit menjaga nyala itu. Setiap hari kota menawarkanku cermin, agar aku sibuk mencintai bayangan, bukan wajah sejati. Ia menggoda dengan kilau keberhasilan. Sedang suara dari langit dalam diriku berbisik: “Berjalanlah di jalan cahaya, tapi jangan tertipu oleh yang tampak bercahaya.”

Antara gemerlap dan sunyi, aku bergulat. Ada tarikan untuk tenggelam, ada panggilan untuk pulang. Dari retakan hati yang letih muncul seberkas cahaya lembut—tak menyilaukan, namun menuntun. Cahaya yang tak bermegah, tapi mengerti.

Kini aku tahu, berjalan di jalan cahaya bukan berarti menjauh dari dunia, melainkan menyalakan dunia dari dalam. Agar gemerlap lampu tak lagi memadamkan jiwa, melainkan menemukan cerminnya dalam kedamaian yang diam.

Aku pun menengadah—dengan hati berserah dan mata lembut basah:
Ya Cahaya di atas segala cahaya,
terangilah celah gelap di dadaku,
nyalakan kembali api cinta di malam jiwaku, tuntunlah akhir perjalananku di jalan cahaya petunjuk-Mu.

Oleh: Yudi Latif
Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI