Satu Partai Satu Triliun

| Selasa, 25 Februari 2020 | 00.09 WIB

Bagikan:
Bernasindonesia.com - Ketua MPR Bamsoet menyatakan, "Pemodal kuasai parpol. Cukup 1 triliun. Dikte party policies. Mereka bisa dikte parlemen".

Sontak Dua penulis abal-abalan mengalami psychopathic catharsis. Joss. Ejakulasi-dini. Bamsoet dijadikan "nabi baru".

Dua penulis Poros III itu langsung berulah lagi. Ngehek...!! Statement Bamsoet dipelintir dan dipoles menjadi Provokasi Anti-Tionghoa.

Disebut-sebutlah nama-nama Taipan lengkap dengan their racial background; Anthony Salim, James Riyadi, Tommy Winata dan lain sebagainya.

Narasinya; Cina-Kaya keluarin 1 triliun dikte partai-partai, parlemen sampai negara.

Keliatan banget dua penulis abal-abalan bukan orang partai, ngga pernah tau internal dynamics dan ngga pernah gaul dengan taipan.

Hari-harinya dihabiskan di depan laptop sumbangan donatur middle east. Ngayal trus. Ditemanin rokok & kopi.

Gak heran bila essay yang mereka tulis ngga lebih dari sekedar hasutan dan cerita konspirasi. Ala-ala Sherlock Holmes politik. Shallow. Darker than black. Semerawut bagai benang kusut. Mutunya lebih rendah dari kisah Iluminati, The Jewish Banking Conspiracy dan Gray Alien Theory.

"Conspiracy theories makes dumb people feel smart," kultwit Mother of Sarcasn.

Duit 1 triliun banyak banget. Nyarinya ngga semudah nulis angka nol 12 kali. Ngga satu orang taipan mau berspekulasi ongkosin 1 partai dengan 1 triliun lawan 9 partai dan mengira akan BEP dalam 5 tahun.

Era decadent kleptocracy punya slogan "Money is the power". Lepas dari apa agama dan ethnisnya, orang kaya punya pengaruh lebih besar di kehidupan politik. Injustice dan social gap adalah outcome-nya.



Oligarki penguasa-pengusaha paling takut dengan Marxian"s "Class Struggle". Antisipasinya adalah ciptakan "uncertainty" via mekanisme Propaganda rasis.

"In eras of intense uncertainty, a nation"s people retreat into the tribes in which they feel the most secure," kata American essayist Criss Jami.

"Antisemitism" dan "conspiracy theories" mempertahankan dominasi Rothschild family di bisnis oil dan banking selama 200 tahun.

Keduanya mematikan nalar Grassroot miskin. Sehingga orientasi dan sasaran perjuangan jadi "uncertain"; ingin kaya tajir mlintir atau bunuh yahudi. You cannot be rich by killing the jews.

Money dan politik tidak bisa dipisahkan. Money makes the world of politics go around. Ekonomis Paul Frijiters dan Gigi Foster menyimpulkan orang kaya mengeruk keuntungan dari policy dan keputusan pemerintah.

Bukan sebaliknya; Pengusaha mendikte kebijakan penguasa.

Business people selalu punya hubungan baik dengan political circle. Donasi adalah alat "paying for access". Politisi dan pengusaha membentuk Mutual simbiosis. Relasi keduanya tidak berarti "Taipan sanggup dikte partai".

Pernyataan Bamsoet lebih menyerupai statement pecundang. Erlangga menang di bursa Ketua Golkar. Pasti punya donatur. Nama "Erlangga" dan "Erik Tohir" masuk bursa kandidat Cawapres Gurun Pasir di Pilpres 2024.



Tapi bukan berarti tidak ada cukong di belakang Bamsoet. Donaturnya sama. Yang mengalahkan Bamsoet adalah "the other force". Cryptic code 3 huruf i.e. L-B-P atas arahan "the helmsman". And it has nothing to do with the Chinese. Ngga seperti kata essay reka-reka dua penulis abal-abalan.

Menyatakan "Taipan Tionghoa" mendikte politik Indonesia sama nilainya dengan tudingan Rothschild family mengontrol iklim dan snowfall. Sama-sama ngga logis dan Go-block.

"Taipan-Tionghoa" ngga sekuat Rothschild family yang disebut sebagai penguasa "War, gold and central banks".

Tapi keduanya sering jadi korban over exaggerating conspiracy story. The Rothchild family disebut sebagai dalang semua perang dari Napoleonic War sampai War on ISIS.

Faktanya begini; the Elector of Hesse Landgrave William menitipkan uangnya kepada Mayer Amschel Rothschild. Karena mau dirampas Napoleon yang sedang menggilas Eropa.

Mayer Amschel Rothschild menyembunyikan dan mengirim dana itu kepada Nathan Rothschild yang beroperasi di Inggris.

The London Rothschild office memberikan uang itu sebagai pinjaman kepada British crown sebagai dana perang melawan Napoleon. Pinjaman itu sudah dibayar British crown. Lunas.

Logika dan fakta dengan mudah mengetahui kapasitas Rothschild family ngga sanggup membiayai Perang Dunia I & II. Tapi narator conspiracy theory tetap asyik dengan karangan bebas; Ada Rothschild family di balik semua World Wars.

Menyatakan "Taipan Tionghoa" mendikte Republik adalah sebuah hasutan rasial yang mematikan Class Struggle. Hasutan ini menjaga status quo. Tidak ingin rakyat sejahtera.

Provokasi semacam ini hanya menciptakan unnecessary tension. Saling curiga. Saling benci. Adu domba. Orang kaya ngga bakal kena sentuh. Masyarakat awam yang kena getahnya.

Oleh: Zeng Wei Jian
Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI