Features: Fitri, Perempuan Yang Pandai Memanfaatkan Uang Pesangon

| Sabtu, 14 November 2020 | 02.41 WIB

Bagikan:

Bernasindonsia.com - Perempuan paruh baya itu sudah empat bulan menganggur. Setelah diberhentikan sebagai karyawan di perusahaan tempat dia bekerja, dia harus memutar otak. Dia sadar akan tanggungjawabnya karena dia harus memenuhi kebutuhan hidup lima anaknya. 


Nama perempuan itu adalah Fitri. Ia menjadi tulang punggung keluarga. Dia salah satu perempuan yang berdagang di kawasan Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Malam itu, jarum jam menunjukkan pukul 21:10 WIB, Fitri tampak terlihat masih sibuk melayani pembeli. 


"Kalau tidak jualan begini mau makan apa keluarga kami," kata Fitri saat berbincang dengan Bernasindonesia.com, Jumat (12/11/2020) malam.


Fitri bercerita, ia bersama dua orang anaknya, Latif dan Mirza, sudah dua bulan berdagang di kawasan Stadiun multi guna tersebut. "Saya jualan kopi dan anak saya yang satu jualan martabak dan satunya lagi jual roti bakar," katanya.


Sejak dirumahkan dari perusahaan tempatnya bekerja, Fitri tidak langsung menjadi pedagang kaki lima. Dia harus bemusyawarah terlebih dahulu dengan keluarganya tentang usaha yang akan dijalaninya.


"Karena saya dapat uang pesangon dari kantor. Dan pesagon ini yang dipakai modal buat usaha," tuturnya.


Menurut Fitri, uang pesangon yang diterimanya tersebut sebanyak 20 juta. Sebagian dari dana itu dibelanjakan untuk membeli tiga gerobak. Harga gerobaknya variatif, tergantung ukurannya.


"Ada yang Rp1,2 juta dan Rp 1,7 juta. Kalau yang dipakai saya ini cuma Rp 700 ribu karena gerobak bekas," katanya.


Menurut Fitri, berjualan di tengah situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini cukuplah sulit. Sebab, katanya, orang-orang yang datang ke kawasan stadiun Pakansari kemungkinan membawa bekal dari rumahnya. "Mungkin (mereka) takut kena Covid-19," tandasnya. 


Padahal, Fitri dan kedua orang anaknya sudah menerapkan protokol kesehatan dengan cara penerapan perilaku 3M atau memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Sebab, orang yang membeli martabak dan roti bakar di tempat dagangan kedua anaknya tidak diperbolehkan makan di tempat.


"Karena memang tidak disediakan tempat. Jadi harus dibungkus kalau beli dan dibawa pulang," tuturnya. 


Berbeda dengan kedua orang anaknya. Fitri malah tetap menyediakan tempat duduk bagi mereka yang hendak bersantai dan membeli minuman ringan. Namun demikian, Fitri mewajibkan pembeli tetap menerapkan 3M. Tempat duduk yang disediakan Fitri ini adalah tikar.


"Tapi tempat duduk ini saya kasih jarak. Tikarnya kan lumayan lebar dan panjang. Jadi muatlah 6 orang kalau duduk," paparnya.


Sepinya pembeli itu tentunya berimbas pada omset yang diperoleh Fitri dan kedua anaknya. Dagangan mereka banyak yang tersisa setiap malamnya. Namum demikian, Fitri mengaku tak kecewa dan putus asa.


"Kami hanya iktiar, mas. Untungnya tidak banyak. Kadang-kadang untung Rp 20 ribu dari jualan (kopi) gini. Tapi ini harus kami jalani, wong anak-anak saya butuh makan di rumah," tutur perempuan paruh baya dari Semarang, Jawa Tengah ini. (HR)

Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI