Puan Soroti Dampak Negatif Perkembangan Teknologi

| Rabu, 04 Oktober 2023 | 08.10 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com - Ketua DPR RI Dr. (H.C) Puan Maharani menyoroti banyaknya dampak negatif dari perkembangan teknologi pada anak seperti kekerasan, perundungan, hingga dampak lain yang sampai pada ranah pidana.

 
Ia pun menekankan pentingnya materi literasi digital untuk anak-anak di bangku sekolah. “Literasi digital dapat membantu anak-anak dalam memahami etika dan perilaku yang tepat di dunia maya. Mereka diajarkan bagaimana berkomunikasi secara sopan dan menghormati orang lain dalam berbagai platform online,” ucap Puan dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Selasa (3/10/2023).
 
Puan menyoroti kasus bunuh diri seorang siswi di Kabupaten Timur Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT) belum lama ini. Perempuan berusia 16 tahun itu nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri karena mendapatkan kekerasan siber (cyber harassment) akibat foto vulgarnya beredar di media sosial.
 
Ironisnya, siswi tersebut merekam aksi gantung dirinya dengan menggunakan telepon seluler. Selain kasus kekerasan siber, dampak lain kurangnya literasi digital terlihat dalam kasus pembakaran sekolah yang dilakukan siswa SMP Negeri 1 Temanggung akibat mengalami cyber bullying. Siswa berinisial AR (14) membakar sekolahnya sendiri karena sakit hati sering dirundung kawan-kawannya. AR diduga dirundung dengan cara dibully secara verbal dan di-bully di media sosial.
 
Berkaca dari dua peristiwa itu, Puan mengatakan literasi digital sangat berperan bagi anak agar dapat menyaring hal yang tidak baik dari gencarnya perkembangan teknologi. “Literasi digital pada pembelajaran formal diharapkan membantu mengurangi kasus pelecehan di dunia maya, cyber bullying dan meningkatkan pemahaman anak-anak tentang dampak kata-kata dan tindakan online,” ucap perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI ini.
 
Puan pun mengatakan dengan literasi digital yang kuat, anak-anak dapat memahami sumber informasi, mengevaluasi potensi, dan membuat keputusan yang lebih baik berdasarkan informasi yang didapat dari dunia maya. “Literasi digital bukan lagi hanya menjadi pilihan, melainkan suatu keharusan bagi pendidikan anak-anak di masa kini dan masa depan,” tegas Puan.
 
Oleh karenanya, Cucu Bung Karno itu mendorong Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (kemendikbudristek) untuk memasukan pemahaman akan literasi digital dalam satuan pendidikan. Menurut Puan, implementasi Kurikulum Merdeka Belajar perlu memperhatikan dampak kemajuan era teknologi.
 
Tak hanya siswa, guru pun disebut perlu memahami esensi dari literasi digital, termasuk konsep tentang kemajuan teknologi yang memengaruhi kehidupan siswa secara keseluruhan. Hal itu juga akan menjadi aksi penghalang dalam segala bentuk cyber bullying, cyber harassment, dan cyber porn.
 
“Guru juga harus diberi pelatihan tentang keamanan digital, termasuk bagaimana melindungi informasi pribadi mereka sendiri dan memberikan nasihat kepada siswa tentang praktik keamanan online yang aman,” ungkap Puan.
 
“Mereka juga harus tahu cara menghadapi potensi ancaman seperti perundungan cyber bagi para siswa,” sambungnya.
 
Lebih lanjut, Puan pun menekankan urgensi peran orang tua dalam membatasi anak menggunakan gadget. Ia menyebut, orang tua memiliki tanggung jawab untuk memastikan anak-anak memahami tentang etika digital.
 
"Termasuk cara berinteraksi dengan orang lain secara sopan di dunia maya dan menghindari perilaku yang merugikan. Meski tidak melulu perilaku di dunia maya menjadi cerminan di dunia nyata, tapi sering kali keduanya saling berkesinambungan. Orang tua harus menciptakan lingkungan di mana anak-anak merasa nyaman untuk berbicara tentang pengalaman mereka di internet dan melaporkan masalah yang mungkin mereka hadapi,” tutupnya.
Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI