Bernasindonesia.com - Piala Dunia U-17 2023 sudah di ujung jalan. Prancis dan Jerman berebut Takhta terhormat di Stadion Manahan Solo, Sabtu (2/12).
HMU Kurniadi host youtube Berisik Republik mencoba mengulik dari sisi lain. Pria yang tengah mengambil Strata 3 (S3) menghadirkan Suryansyah, Pemred monitordepok.co sebagai nara sumber, Selasa (28/11) malam.
Mengambil topik Politik Piala Dunia U-17, Kurniadi memancing dengan pertanyaan kegagalan Timnas U-17 Indonesia di fase grup.
"Target Indonesia lolos ke babak 16 besar memang tak tercapai. Tapi bisa tampil di Piala Dunia U-17 dengan dua kali seri dan sekali kalah patut diapresiasi," kata Suryansyah yang juga pengurus Forum Pimred Multimedia.
Host Kurniadi kemudian menggiring pertanyaan mengagetkan: adakah faktor politik yang memantik Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17?
Suryansyah yang pernah meliput Piala Dunia 2006 di Jerman menegaskan sepak bola dan politik adalah dua sisi yang berbeda. Tapi bahwa kegagalan Indonesia sebagai tuan rumah U-20 beberapa waktu lalu boleh jadi dipolitisasi. Ketika itu partai berkuasa, pejabat publik dan ormas Islam ramai-ramai berisik.
"Mereka menolak kehadiran timnas Isreal yang notabene berhak tampil karena lolos kualifikasi. Disinilah politik mengacak-acak sepak bola," ujar Suryansyah.
FIFA akhirnya mencabut hak Indonesia sebagai tuan rumah dan memindahkan ke Argentina, Mei 2023. Indonesia pun mendapat sanksi administratif.
Tapi anehnya, tak berselang lama FIFA malah menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17. Presiden FIFA Giovanni Vincenzo Infantino mengumumkannya pada 23 Juni 2023.
"Ini blessing. Ada juga yang bilang politik FIFA. Kita tahu Ketua Umum PSSI Erick Thohir punya diplomasi dan hubungan yang bagus dengan FIFA," ungkap Suryansyah, Pendiri Yayasan Insan Peduli Olahraga (IPO) bersama Gungde Ariwangsa.
Terakhir Kurniadi berbalik menyebut peran Erick Thohir yang acap tampil di publik di awal terpilih sebagai Ketua Umum PSSI. Tapi kemudian tertelan bumi setelah gagal digadang sebagai calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto.
"Apakah munculnya Erick Thohir yang getol di PSSI sebagai kereta politik untuk pencalonan cawapres 2024, tapi kemudian menghilang suaranya setelah Gibran Rakabuming Raka yang jadi pendamping Prabowo?" Kurniadi melontarkan pertanyaan menohok.
Suryansyah tak ingin terjebak dengan penggiringan opini tersebut. Tapi dia mengakui berdasarkan berbagai lembaga survei, elektabilitas Erick Thohir sebagai cawapres sangat tinggi dibanding lainnya. Bahkan di Jawa Timur, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu mengungguli Khofifah Indar Parawansa.
"Terus terang saya juga berpikir Erick Thohir bakal jadi cawapres Prabowo karena diusung oleh Partai Amanat Nasional (PAN). Tapi ternyata skenario berubah. Seperti balapan moto GP Erick disalip di tikungan terakhir," kelakar Suryansyah yang disambut tawa khas Kurniadi.