Bernasindonesia.com - Israel dan Palestina akan dimenangkan secara bersama-sama. Tapi Netanyahu akan dilengserkan. Perdana Menteri Israel sekarang akan turun dari jabatannya. Inikah akhir dari perang yang ganas antara Israel versus Hamas hari-hari ini?
Itulah respon cepat kita ketika membaca berita. Bahwa Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan masa jabatan Netanyahu tak akan lama lagi, hanya menghitung bulan. Ia akan segera lengser dan digantikan oleh Perdana Menteri lain.
Mengapa Joe Biden mengatakan hal itu ke publik luas? Joe Biden memiliki data inteligence. Sebagian elit politik di Israel dan orang- orang sangat kaya Yahudi di perantauan kecewa pada Netanyahu untuk lima perkara.
Pertama, di bawah pemerintahan Netanyahu, Israel mengalami serangan Hamas yang paling berdarah sepanjang sejarah. Hanya dalam waktu 1 hari bahkan beberapa jam saja, lebih dari 1000 orang Israel tewas terbunuh.
Sekitar 5000 rudal ditembakkan oleh Hamas ke Israel. Dan lebih dari 100 orang Israel disandera. ini jenis serangan yang tak pernah terjadi seburuk ini sepanjang 75 tahun konflik Israel dan Palestina.
Para sandera Israel yang dibebaskan Hamas membuat pernyataan yang divideokan. Mereka marah kepada Netanyahu: “Mengapa anda tak bisa melindungi kami? Keluarga kami mati.”
Video ini disebarkan oleh Hamas ke publik Israel. Walau di permukaan elit Israel tetap ingin nampak bersatu, tapi kekecewaan yang sangat kepada Netanyahu sudah menyala- nyala.
Kedua, memang Netanyahu membalas serangan Hamas dengan cara yang jauh lebih mematikan. Tapi serangan itu membabi buta. Akibatnya 8.000 warga sipil di Gaza mati.
Banyak dari korban adalah anak-anak. Bahkan juga Rumah Sakit di Gaza dibom. Sekitar 300 orang mati di sana, termasuk relawan dan para dokter.
Ini justru menimbulkan kemarahan dunia. Aktivis Hamas yang berperang, tapi mengapa Netanyahu membunuh warga sipil Palestina, bahkan anak- anak.
Ketiga, yang juga membuat bahkan warga Israel sendiri marah, juga orang- orang kaya Yahudi perantauan gerah, gara-gara serangan Netanyahu yang membabi- buta, sentimen anti Yahudi, anti Semit, meluas ke seluruh dunia.
Tak hanya terjadi di dunia Islam, bahkan di pusat-pusat peradaban di Amerika Serikat, orang-orang protes. Demo besar juga berlangsung di Inggris, Jerman dan negara Skandinavia.
Kebencian kepada orang Yahudi meningkat. Banyak publik mengasosiasikan Netanyahu dengan orang Yahudi.
Keempat, ekonomi Israel kini merosot tajam. Gara gara Netanyahu memobilisasi perang, begitu banyak dana kini disalurkan untuk kebutuhan perang itu.
Banyak kegiatan ekonomi terhenti. Perdagangan internasional Israel terganggu. Di samping rasa was was publik luas bertambah di Israel, ekonomi mereka juga memburuk. Seberapa lama Israel bisa bertahan dengan situasi ini?
Kelima, bahkan juga Amerika Serikat memahami. Solusi permanen konflik Israel dan Palestina hanyalah Two State Solution. Yaitu berdirinyanya dua negara merdeka: Israel yang merdeka, dan Palestina yang juga merdeka.
Tapi solusi Two State Solution ini itu tidak sejalan dengan pikiran Netanyahu. Ia bahkan dikenal ingin mengubur solusi itu.
Jika dunia ingin Two State Solution, makan bukan Netanyahu yang berada di kursi Perdana Menteri. Netanyahu bukanlah orangnya, bukanlah penguasa yang tepat untuk Two State Solution.
Israel dan Palestina yang merdeka kini semakin populer. Ini solusi yang memenangkan Israel dan Palestina sekaligus. Tapi itu hanya terjadi dengan melengserkan dulu Perdana Menteri Netanyahu.
Kita belajar banyak dari kasus ini. Sehebat apapun mesin perang yang bisa diciptakan, ia tak bisa membungkan sentimen yang jauh lebih hebat. Yaitu hak dan kehendak sebuah bangsa untuk merdeka, untuk memiliki negara yang sah. Palestina yang merdeka hanya soal waktu. ***
Oleh: Denny JA