Bernasindonesia.com - Teknologi kecerdasan atau artificial intelligence (AI) yang perkembangannya demikian pesat menuntut orang muda Indonesia terus beradaptasi dan berkreasi, terutama karena teknologi kecerdasan berdampak signifikan terhadap proses produksi, bisnis dan dunia kerja. Negara hendaknya segera memfasilitasi orang muda untuk lebih mendalami pemahaman akan teknologi kecerdasan, guna menghindari kesenjangan antara kebutuhan dunia kerja dengan ketrampilan angkatan kerja era terkini dan di masa depan.
Perkembangan teknologi kecerdasan yang terus berproses tak hanya mengubah mekanisme dalam proses produksi, rantai pasok hingga bisnis dan perdagangan, namun juga terus mengubah kebutuhan dunia kerja pada kompetensi atau ketrampilan pekerja. AI memang diyakini tak akan pernah mampu mengungguli keunggulan komparatif manusia. Namun, demi efisiensi, akurasi dan kecepatan memenuhi permintaan pasar atau konsumen, peran signifikan AI tak terhindarkan lagi.
Konsekuensi logis dari progres berkelanjutan teknologi AI adalah tuntutan kepada semua orang muda untuk terus beradaptasi dan belajar mengikuti perkembangan, serta kreatif mengembangkan keterampilan. Sebab, ketika memasuki dunia kerja nantinya, orang muda era terkini menghadapi tantangan yang sangat berbeda dengan generasi orang tua mereka.
Orang muda terkini sudah berada dalam era teknologi digital, dan dunia kerja sudah mengandalkan teknologi kecerdasan. Dengan pesatnya teknologi kecerdasan, dunia kerja terus berubah, karena banyak pekerjaan dan ketrampilan manual di masa lalu tidak terpakai lagi. Maka, permintaan atau kebutuhan pasar kerja akan ketrampilan pekerja pun tak luput dari perubahan.
Sudah muncul perkiraan atau asumsi bahwa di masa depan, kesenjangan antara keterampilan pekerja dan kebutuhan dunia kerja akan terus terjadi. Perkiraan tentang kesenjangan ketrampilan ini hendaknya ditanggapi sebagai peringatan sekaligus dorongan kepada orang muda untuk tidak pernah lelah beradaptasi dengan roda perubahan.
Pada agenda pertemuannya tahun lalu, Forum Ekonomi Dunia memaparkan The Future of Jobs Report 2023. Paparan ini sudah dipublikasikan dalam skala yang luas dengan harapan mendapatkan perhatian dari semua pihak. Laporan itu memprediksi mahadata (bigdata) menempati peringkat teratas pada jenis teknologi digital yang bisa menciptakan lapangan kerja. Hasil survei juga mengindikasikan sektor bisnis melihat bahwa pekerjaan baru yang berkait dengan mahadata akan terus bertumbuh.
Pertumbuhan itu akan ditandai dengan permintaan akan spesialis mahadata, keahlian pengelola data, spesialis analis data, tenaga spesialis pembelajaran mesin kecerdasan buatan, hingga tenaga profesional untuk keamanan siber. Pertumbuhannya diperkirakan rata-rata 30 persen pada 2027.
Selain itu, perdagangan elektronik atau e-dagang diyakini akan menjadi sumber keuntungan yang potensiel. Oleh karena itu, diperkirakan akan ada dua juta pekerjaan baru yang dibutuhkan, misalnya meliputi spesialis e-dagang, spesialis transformasi digital, serta spesialis pemasaran dan strategi digital.
Itulah gambaran sekilas peran signifikan kecerdasan buatan dan pentingnya pengumpulan serta pengelolaan mahadata pada bidang produksi, bisnis dan perdagangan. Kecenderungan yang sama pun akan terjadi pada sektor lain, seperti penawaran dan permintaan layanan kesehatan, transportasi publik hingga layanan publik yang bersumber dari regulator negara atau pemerintah.
Sejatinya, masyarakat Indonesia pada umumnya sudah tidak asing lagi dengan AI yang penerapannya sudah bersentuhan dengan beberapa aktivitas harian. Saat menggunakan telepon pintar (smartphone), setiap orang sudah bersinggungan langsung dengan penerapan AI, misalnya saat memanfaatkan ChatGPT, Google Assistant dan Siri serta Deepface pada facebook.
Namun, pengenalan dan pemahaman akan AI hendaknya tidak berhenti sampai di situ. Orang muda hendaknya didorong untuk memahami peran signifikan AI terhadap dunia kerja, dan juga tentang betapa penerapan AI menuntut pembaruan kompetensi pekerja sejalan dengan perubahan zaman.
Pesan utama kepada orang muda adalah segeralah bertransformasi. Jika tidak segera beradaptasi dengan progres AI, transformasi akan menjadi sulit dan orang muda tidak mudah untuk masuk dunia kerja di masa depan. Sebab, cepat atau lambat, adalah keniscayaan bahwa tata kelola pemerintahan dan perusahaan harus mengadopsi kecerdasan buatan karena tuntutan perubahan zaman.
Maka, negara harus sungguh-sungguh peduli akan perubahan strategis ini. Negara hendaknya segera memfasilitasi orang muda untuk lebih mendalami pemahaman akan teknologi kecerdasan, guna menghindari kesenjangan antara kebutuhan dunia kerja dengan ketrampilan angkatan kerja era terkini dan di masa depan.
Konsekuensinya, negara harus lebih agresif dalam investasi bagi pembangunan manusia, khususnya orang muda. Untuk tujuan itu, negara juga harus mengambil inisiatif untuk berkolaborasi dengan semua institusi pendidikan bagi keperluan literasi digital, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
Perlunya intervensi dan investasi negara bersifat segera, terutama karena Indonesia sedang dalam proses menyongsong bonus demografi menuju dekade 2045. Pada dekade itu, Indonesia akan memperoleh bonus demografi, yang ditandai dengan 70 persen dari jumlah penduduk dalam usia produktif (15-64 tahun), dan sisanya 30 persen merupakan penduduk yang tidak produktif (usia di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun).
Pada rumusan tentang Visi Indonesia Emas 2045 yang bertepatan dengan perayaan 100 tahun usia kemerdekaan, ditetapkan fokus pembangunan nasional pada empat pilar; meliputi pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembangunan ekonomi berkelanjutan, pemerataan pembangunan, serta pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan.
Salah satu agenda penting dari pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tentu saja adalah memberi ruang seluas-luasnya kepada orang muda untuk bertransformasi sejalan dengan progress AI agar mereka punya kompetensi merespons dinamika zaman.
Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan 1445 H
Oleh: Bambang Soesatyo
Ketua MPR RI/Dosen Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Universitas Pertahanan RI (UNHAN) dan Universitas Borobudur Jakarta.