Bernasindonesia.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berpartisipasi dalam kegiatan Pesantren sebagai Pusat Pemberdayaan Masyarakat yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Matholi'ul Anwar, Lamongan (14/11). Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat kapasitas pesantren dan lembaga ekonomi desa sebagai motor pembangunan sosial-ekonomi masyarakat, sekaligus mendorong tercapainya target nasional pengentasan kemiskinan ekstrem.
Pertemuan ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan pemerintah, lembaga pendidikan, dunia usaha, serta komunitas pesantren. Forum tersebut membahas strategi penguatan ekonomi berbasis komunitas melalui program-program seperti pengembangan UMKM pesantren, penguatan koperasi desa, integrasi rantai pasok pangan, serta pemanfaatan teknologi tepat guna untuk memperbesar dampak ekonomi di tingkat akar rumput.
Pada kesempatan ini, Prof. Cuk Supriyadi Ali Nandar, Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN, menyampaikan bahwa kontribusi riset dalam mendorong kemandirian ekonomi pesantren dan desa. Ia menjelaskan bahwa hasil-hasil riset BRIN, mulai dari inovasi energi bersih, teknologi pengolahan pangan, hingga peralatan manufaktur sederhana, dapat diadopsi langsung oleh pesantren, koperasi, UMKM, dan Badan Usaha Milik Desa (BumDes) untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya lokal.
Prof. Cuk juga memaparkan berbagai skema kolaborasi BRIN yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, antara lain program fasilitasi hilirisasi riset, pendampingan teknologi tepat guna, pemanfaatan infrastruktur laboratorium, serta skema kerja sama riset dan inovasi berbasis komunitas. Ia menegaskan bahwa BRIN terbuka untuk mendukung pesantren dan lembaga ekonomi desa dalam meningkatkan daya saing produk lokal melalui integrasi teknologi, peningkatan kapasitas SDM, dan pemetaan potensi ekonomi berbasis riset.
Pesantren Matholi'ul Anwar dipilih sebagai lokasi penyelenggaraan kegiatan karena memiliki ekosistem sosial dan ekonomi yang aktif, melibatkan santri, UMKM, serta lembaga ekonomi desa. Lamongan sendiri merupakan wilayah dengan jumlah pesantren terbesar di Jawa Timur, sehingga menjadi tempat strategis untuk mendorong model pemberdayaan berbasis lembaga keagamaan. Dengan jumlah pesantren yang besar dan peran penting dalam kehidupan masyarakat, pesantren dipandang sangat potensial untuk menjadi pusat ekonomi berkelanjutan berbasis inovasi dan teknologi.
Sementara itu, Prof. Renat Abdul Haris selaku Deputi Kemenko Pemberdayaan Masyarakat sekaligus penyelenggara menegaskan pentingnya memperkuat pesantren sebagai simpul ekonomi berbasis komunitas. Ia menyampaikan bahwa pemerintah terus mendorong agar pesantren dapat menjadi penggerak ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. “Penguatan pesantren sebagai pusat ekonomi desa adalah langkah strategis dalam mendukung kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Matholi'ul Anwar, KH. M. Saifullah Adib, menyampaikan bahwa kegiatan ini memberi dorongan berarti bagi pesantren yang tengah mengembangkan unit-unit ekonomi produktif. “Kami sangat terbantu dengan hadirnya inovasi yang relevan bagi kebutuhan pesantren. Teknologi yang sederhana namun efektif akan mempercepat penguatan ekonomi masyarakat di sekitar kami,” ujarnya.
Kolaborasi lintas sektor yang terbangun melalui kegiatan ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam memperkuat pemberdayaan masyarakat berbasis riset, teknologi, dan ekonomi kerakyatan. Kehadiran BRIN menjadi bagian penting dari upaya memastikan bahwa inovasi tidak berhenti di laboratorium, tetapi dapat diterapkan secara praktis dan memberi dampak nyata di komunitas desa hingga unit-unit ekonomi pesantren.
Melalui sinergi antara pemerintah pusat, daerah, lembaga keuangan, organisasi masyarakat, dan BRIN, diharapkan model pemberdayaan pesantren di Lamongan dapat direplikasi di berbagai wilayah Indonesia. Langkah ini menjadi kontribusi nyata bagi percepatan transformasi sosial-ekonomi masyarakat sekaligus mendukung visi besar menuju Indonesia Emas 2045.

