Bernasindonesia.com - Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN Agus Haryono menjelaskan, Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) Kolaborasi Internasional sudah berlangsung, bilateral maupun multilateral. Misalnya dengan MIGHT Malaysia, JST Jepang, KONEKSI Australia, MOST Cina, dan sekarang dengan TUBITAK Turki. Harapannya nanti para peneliti di Indonesia akan mempunyai banyak kesempatan berkolaborasi dengan mitra-mitra global.
“Sehingga kualitas riset di Indonesia juga akan semakin meningkat untuk mempercepat pembangunan nasional,” ujarnya.
Dia yakin, banyak kerja sama yang sudah dirintis antara perisat di Indonesia dengan partnernya yang ada di Turki.
“Kalaupun pada kesempatan call saat ini ruang lingkupnya belum terwadahi, jangan khawatir ini karena baru tahun pertama. Tahun depan kita akan mencari lagi topik yang kira-kira antusiasme dari Indonesia cukup banyak, sehingga kita dapat mewadahi banyak kolaborasi riset tersebut,” unggahnya.
Menurutnya, banyak hal yang perlu dipelajari dari Turki, demikian juga dari pihak Turki dapat mengambil manfaat dengan kolaborasi ini.
“Dari kolaborasi ini silakan Bapak Ibu sekalian saat sesi diskusi apabila berkeinginan untuk membuka kolaborasi dengan partner di negara lain kami akan dengan senang hati menghubungi funding agensi di negara tersebut. Tentunya untuk menandatangani perjanjian kerja sama pendanaan bersama, dan kami akan membiayai periset Indonesia. Sedangkan funding agency di luar itu yang akan membiayai periset di negara tersebut,” urainya.
Agus berharap bagi periset yang tidak lolos untuk tidak patah semangat kalau proposalnya tidak lolos, karena masih banyak kesempatan. “Kita juga punya banyak program dan akan terus diperbaiki sesuai dengan masukan dari para periset,” tegasnya memotivasi.
Ketua Tim Layanan Fasilitasi Pendanaan Riset dan Inovasi IV BRIN Jimmy Akhmadi mengungkapkan, ada empat tema utama yang diangkat dalam kolaborasi ini. Seperti Epidemiologi dan Kesehatan Masyarakat, Teknologi Pemurnian, Perubahan Iklim, Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati, serta Pertanian Hijau dan Berkelanjutan.
Jimmy menjelaskan, keempat tema riset tersebut dipilih karena beririsan langsung dengan kebutuhan riset terapan. Di samping itu juga peluang pengembangan teknologi bersama Turki dan arah program ini tidak menyasar riset dasar.
“Fokusnya riset eksperimental yang menghasilkan produk atau proses yang bisa diuji. Untuk riset dasar tidak termasuk dalam cakupan skema ini,” ujarnya.
Jimmy menjelaskan skema ini mendukung proyek-proyek yang memproduksi produk baru, meningkatkan mutu atau standar produk, mengembangkan teknik baru untuk menekan biaya dan meningkatkan performa, serta mengembangkan teknologi produksi baru.
“Tahapan R&D yang didukung dapat mencakup pengembangan konsep, studi kelayakan teknis dan ekonomi. Kemudian pengujian laboratorium, desain dan aplikasi desain, hingga produksi prototipe,” terangnya.
Skema RIIM–TÜBİTAK didukung oleh Dana Abadi Penelitian yang dikelola Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di bawah Kementerian Keuangan. Jimmy menjelaskan bahwa BRIN menyediakan pendanaan hingga Rp1 miliar per proyek per tahun.
“Termasuk untuk kegiatan mobilitas periset dan sharing infrastruktur, dengan durasi proyek maksimal tiga tahun. Nilai pendanaan tetap menyesuaikan evaluasi dan keterbatasan anggaran,” ujarnya.
Ia menambahkan, alokasi dana mengikuti Standar Biaya Keluaran Riset dan Inovasi sehingga penggunaan anggaran diarahkan langsung ke kebutuhan ilmiah yang relevan.
“Terkait mekanisme seleksi, proposal harus didaftarkan secara paralel oleh tim Indonesia melalui sistem BRIN dan oleh tim Turki melalui sistem TÜBİTAK. Dua-duanya wajib masuk. Kalau salah satu tidak terekam, usulan tidak bisa diproses,” katanya.
Ia juga menjelaskan, Seleksi substansi dilakukan oleh reviewer dari kedua negara, dilanjutkan dengan peninjauan anggaran untuk memastikan kesesuaian rencana biaya dengan tujuan riset.
“Keluaran riset diarahkan pada publikasi internasional bersama, HKI terdaftar, dan keterlibatan industri hingga akhir proyek. Seluruh data dan material penelitian harus disimpan di repositori BRIN sebagai bagian dari standar pengelolaan hasil riset,” tegasnya.
Ia membeberkan, hasil seleksi dijadwalkan diumumkan pada Maret 2026 (tentatif) melalui laman resmi pendanaan-risnov.brin.go.id.
“Skema RIIM–TÜBİTAK mendorong kolaborasi riset yang lebih terarah, berbasis kebutuhan, dan berorientasi implementasi di kedua negara. Sekaligus memperkuat peran BRIN dalam membuka akses periset Indonesia untuk terlibat dalam pengembangan teknologi bersama mitra internasional,” tuturnya.

