Siti Zuhro: UICI Harus Terus Berperan dalam Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

| Jumat, 14 November 2025 | 06.06 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com - Ketua Majelis Pendidikan Tinggi KAHMI (MPTK), Prof. Dr. Siti Zuhro, M.A., menyampaikan apresiasi yang tinggi atas dedikasi dan kepemimpinan Prof. Dr. Laode Masihu Kamaluddin, M.Sc., M.Eng. sebagai Rektor pertama Universitas Insan Cita Indonesia (UICI). 


Hal itu disampaikan Prof. Siti Zuhro dalam sambutannya pada acara pelantikan dan serah terima jabatan Rektor UICI periode 2025–2029 di Gedung Rektorat UICI, Rabu (12/11/2025).

Dalam sambutannya, Prof. Siti Zuhro menyebut Prof. Laode telah menorehkan capaian luar biasa di tengah berbagai tantangan membangun universitas digital pertama di Indonesia.

“Saya sangat menghargai semua dedikasi dan pencapaian yang dilakukan oleh Bang Laode Masihu Kamaluddin sebagai rektor pertama. Tahun-tahun awal memimpin UICI tentu penuh tantangan, masalah, dan peluang, namun beliau mampu melewatinya dengan luar biasa,” ujarnya.

Atas nama MPTK, Prof. Siti menyampaikan terima kasih atas pengabdian Prof. Laode dalam memimpin UICI sejak awal berdirinya hingga berhasil menjadi universitas digital berbudaya penuh.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Laode Kamaluddin yang telah mendedikasikan dirinya memimpin UICI dengan penuh pengorbanan dan komitmen,” imbuhnya.

Pada kesempatan yang sama, Prof. Siti juga menyampaikan selamat kepada Rektor baru UICI, Prof. Asep Saifuddin, yang dilantik untuk masa jabatan 2025–2029. Ia berharap di bawah kepemimpinan baru, UICI dapat terus berkembang dan memberi manfaat lebih besar bagi umat dan bangsa.

“Kami mengucapkan selamat kepada Prof. Asep Saefuddin. Semoga ke depan, UICI semakin mampu memberikan manfaat terbaiknya untuk umat dan bangsa Indonesia,” kata Prof. Siti.

Ia menggambarkan bahwa UICI masih berada pada tahap awal pertumbuhan sebagai universitas digital.

“Ibarat manusia, UICI masih balita, baru seumur jagung. Masih banyak hal yang perlu disempurnakan agar mampu memberi manfaat sebesar-besarnya bagi kemaslahatan umat dan anak bangsa,” ujarnya.

*Menegaskan Kembali Visi UICI*

Dalam sambutannya, Prof. Siti Zuhro juga mengingatkan kembali visi besar UICI sebagai universitas yang unggul dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berbasis budaya digital, nilai-nilai keislaman, dan keindonesiaan. 

Ia menekankan pentingnya menjadikan UICI sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya berfokus pada teknologi, tetapi juga pada pembentukan karakter dan kontribusi sosial.

“Salah satu misi UICI adalah menyelenggarakan pendidikan berbasis digital yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan para pemangku kepentingan,” jelasnya.

Ia berharap UICI mampu melahirkan lulusan yang kompeten, berkarakter Islami, berdaya saing, serta memberi kontribusi nyata bagi masyarakat yang maju dan berbudaya tinggi menuju masyarakat adil dan makmur yang diridai Allah SWT.

*Tantangan Pendidikan Tinggi di Indonesia*

Prof. Siti juga menyoroti masih rendahnya akses masyarakat Indonesia terhadap pendidikan tinggi. Berdasarkan data, hanya sekitar 4,39–4,64 persen penduduk Indonesia yang telah menempuh pendidikan hingga tingkat sarjana (S1), atau sekitar 12–13 juta jiwa dari total populasi.

“Pendidikan tinggi di Indonesia masih sangat elitis. Hanya sebagian kecil masyarakat yang bisa menikmati bangku kuliah,” ungkapnya.

Karena itu, lanjut Prof. Siti Zuhro, UICI hadir sebagai sarana untuk memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada anak bangsa memperoleh hak pendidikan tertinggi secara terjangkau, baik dari segi biaya, tempat, maupun waktu.

Selain itu, ia menyinggung penurunan peringkat daya saing global Indonesia dari posisi 34 ke 47 dunia sebagai sinyal perlunya perbaikan menyeluruh dalam bidang pendidikan dan inovasi.

“Penurunan ini bukan sekadar angka, melainkan peringatan keras bahwa reformasi struktural di tanah air belum berjalan optimal,” tegasnya.

Lebih lanjut, Prof. Siti Zuhro mengajak seluruh sivitas akademika UICI untuk terus berkontribusi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui inovasi pendidikan digital.

“Tantangan kita berat, tetapi bukan berarti harus menyerah. Kewajiban kita sebagai manusia adalah bekerja keras. Di mana ada kemauan, di situ ada jalan,” tutupnya.


Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI