Syamsuddin Radjab: Generasi Milenial Aset Masa Depan Partai Politik

| Senin, 05 Agustus 2019 | 00.23 WIB

Bagikan:
Bernasindonesia.com - Generasi Milenial dan penguatan masa depan demokrasi terus menjadi pilihan menarik untuk diperbincangkan di forum-forum seminar dan diskusi publik. Kali ini misalnya, Barisan Muda Penegak Amanat Nasional (BM PAN) mendiskusikan hal itu. Tema yang dipilih pada forum ini adalah "Potensi Anggota DPR RI Milenial Bagi Penguatan Partai Dan Demokrasi".

Sebagai narasumber adalah Pengamat Politik dan Hukum Universitas Muslim Indonesia, Syamsuddin Radjab, Anggota DPR RI terpilih Dapil Jabar IX, Farah Puteri Nahlia, dan Anggota DPR RI terpilih dapil Sultra, Fachry Pahlevi Konggoasa.

Syamsuddin mengatakan generasi milenial merupakan aset masa depan bagi partai politik. Harus ada pemahaman dan konsepsi ideologi kepada merek. Juga berikan mereka kebebasan menyampaikan pemikirannya, termasuk ketika mereka mengkritik partainya.

"Demokrasi yan kuat tak bisa lepas dari partai politik yang kuat. Kalau yang menjalankan pertai tidak sesuai dengan ideologi harus dikritisi. Dan generasi milenial ini adalag aset, tunas kepemimpinan partai politik," ujar Syamsuddin di kantor BM PAN, Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (4/8/2019).

Dalam kesempatan itu, Syamsuddin juga menyoroti fenomena politisi pindah partai. Dia mengatakan politisi yang menjadi "kutu loncat" disebabkan karena sistem demokrasi yang mengarah pada liberalisme dan kurangnya pemahaman kader terhadap ideologi partai itu sendiri.

"Pemilu hari ini terpilih (sebagai Anggota DPR) tapi dpemilu berikutnya pindah. Ini karena mission atau ideologi. Politisi-polotisi begini ini banyak. Bahkan beberapa keder dibajak, entah karena dibajak melalui intrumen hukum atau karena dibiayai," tukas dia.

Untuk menghindari "politisi kutu loncat", Syamsuddin menyarankan agar pihak-pihak yang hendak menjadi kader partai harus berpikiri secara matang. Perlu dipahamai ideologi partai sebelum resmi berkarir di dunia politik.

"Masuk partai tidak mudah, panjang prosesnya. Harus ada komitmen yang kuat kalau masuk partai. Memilih partai itu hanya sekali. Pahami konsepsi dan ideologi partainya sebelum masuk," kata dia.

Lebih lanjut, Direktur Eksekutif Jenggala Center ini juga menyarankan agar partai politik lebih memprioritaskan kadernya sendiri ketika ada momentum kontestasi politik, baik tingkat nasional maupun lokal

"Karena kader partai yang selama ini mengabdi membesarkan partai tapi ketika ada mpmentum politik lokal seperti apilkda, steak holder internal partai sama perlakuannya dengan kader non partai. Pertanyaannya, untuk apa saya mengabdi di partai ini," katanya.

Sementara itu, Farah Puteri Nahlia menyarankan agar generasi milenial lebih giat belajar ketika hendak menjadi politisi jika bertujuan untuk mengabdi kepada bangsa dan negara. Sebagai politisi muda dan terpilih sebagai anggota parlemen pusat, Farah menegaskan selama kampanye dirinya banyak belajar dan mendengar masukan strategi dari koleganya.

"Saya alhamdulillah bisa menambah kursi. Suaranya bertambah. Ini merupakan pencapaian luar biasa karena sebelumnya tidak begini," katanya.

Lebih jauh, Farah kemudian berbicara karakteristik generasi milenial. Baginya, karakteristik mereka adalah unik, terbuka, kreatif dan inovatif serta tidak mudah terpaku pada satu keputusan.

"Menurut saya anak muda layak duduk di parlemen, mempekuat demokarasi yang lebih baik," tandas dia. (FIK)
Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI