Bernasindonesia.com - Calon Kapolri Komjen Pol Idham Azis menegaskan bahwa radikalisme tidak bisa diidentikkan dengan agama Islam. Menurutnya, radikalisme merupakan ulah dari segelintir oknum.
Hal itu disampaikan Idham Azis menjawab pertanyaan anggota Komisi III DPR saat fit and proper test calon Kapolri di gedung parlemen Jakarta, Rabu (30/10).
“Saya ingin mengulas bahwa radikalisme itu tidak bisa diidentikkan dengan Islam. Radikalisme itu oknum atau mungkin kelompok,” tegas Idham yang diikuti dengan riuh tepuk tangan anggota Komisi III DPR RI, Jakarta, Rabu (30/10).
Menurutnya sangat tidak tepat apabila tindakan radikalisme diasosiasikan dengan atribut agama tertentu. Pandangannya tersebut, menurut Idham, mesti disosialisasikan kepada personel polisi dan masyarakat.
“Kalaupun kita melakukan tindakan penegakan hukum (terhadap kasus radikalisme) itu dilakukan terhadap oknum,” kata Idham
Idham Azis menambahkan ia akan membangun komunikasi dengan Habib, Ulama, dan pesantren untuk menanggulangi isu radikalisme.
Selama ini, muncul kesan adanya jarak antara polisi dan umat Islam, terlebih lagi bila terkait isu radikalisme. Idham menyatakan, untuk mengatasi masalah tersebut, maka ia mempunyai visi untuk membangun komunikasi.
Pada kesempatan tersebut, Idham juga menyampaikan agenda nasional yang menjadi fokus Polri pada 2020. “Suksesnya pengamanan 270 pilkada serentak pada 9 provinsi, 224 kabupaten, 37 kota. PON ke 20 di Papua, masalah intoleransi, radikalisme, unjuk rasa anarkis, konflik sosial, karhutla serta kejahatan yang menjadi atensi publik dan merugikan kekayaan negara seperti korupsi, cyber, narkoba, illegal fishing. Illegal mining dan kejahatan jalanan,” jelasnya.
Masalah potensi gangguan pembangunan infrastruktur, kata Idham, juga menjadi fokus Polri ke depan. Selain itu, Idham juga fokus pada permasalahan internal Polri.
“Beberapa permasalahan internal polri yg menjadi perhatian dan ditata dan ditingkatkan agar semakin baik, antara lain peningkatan sdm, kesejahteraannya, pembenahan kultur pengelolaan sinergi profesional dan pengawasan di lingkungan polri,” ujarnya.
Selain itu, Idham menyatakan akan melanjutkan program pendahulunya Tito Karnavian dalam melakukan penguatan Polri yang Profesional, Modern, dan Terpercaya (Promoter) menuju Indonesia maju.
“Dengan mempertimbangkan capaian program-program prioritas Kapolri sebelumya dan memperhatikan sisa waktu masa pengabdian yang hanya 14 bulan, jika diberikan kepercayaan amanah sebagai Kapolri, saya akan melakukan program penguatan Polri yang Promoter menuju Indonesia maju,” ujarnya. (bustami/syg)
Hal itu disampaikan Idham Azis menjawab pertanyaan anggota Komisi III DPR saat fit and proper test calon Kapolri di gedung parlemen Jakarta, Rabu (30/10).
“Saya ingin mengulas bahwa radikalisme itu tidak bisa diidentikkan dengan Islam. Radikalisme itu oknum atau mungkin kelompok,” tegas Idham yang diikuti dengan riuh tepuk tangan anggota Komisi III DPR RI, Jakarta, Rabu (30/10).
Menurutnya sangat tidak tepat apabila tindakan radikalisme diasosiasikan dengan atribut agama tertentu. Pandangannya tersebut, menurut Idham, mesti disosialisasikan kepada personel polisi dan masyarakat.
“Kalaupun kita melakukan tindakan penegakan hukum (terhadap kasus radikalisme) itu dilakukan terhadap oknum,” kata Idham
Idham Azis menambahkan ia akan membangun komunikasi dengan Habib, Ulama, dan pesantren untuk menanggulangi isu radikalisme.
Selama ini, muncul kesan adanya jarak antara polisi dan umat Islam, terlebih lagi bila terkait isu radikalisme. Idham menyatakan, untuk mengatasi masalah tersebut, maka ia mempunyai visi untuk membangun komunikasi.
Pada kesempatan tersebut, Idham juga menyampaikan agenda nasional yang menjadi fokus Polri pada 2020. “Suksesnya pengamanan 270 pilkada serentak pada 9 provinsi, 224 kabupaten, 37 kota. PON ke 20 di Papua, masalah intoleransi, radikalisme, unjuk rasa anarkis, konflik sosial, karhutla serta kejahatan yang menjadi atensi publik dan merugikan kekayaan negara seperti korupsi, cyber, narkoba, illegal fishing. Illegal mining dan kejahatan jalanan,” jelasnya.
Masalah potensi gangguan pembangunan infrastruktur, kata Idham, juga menjadi fokus Polri ke depan. Selain itu, Idham juga fokus pada permasalahan internal Polri.
“Beberapa permasalahan internal polri yg menjadi perhatian dan ditata dan ditingkatkan agar semakin baik, antara lain peningkatan sdm, kesejahteraannya, pembenahan kultur pengelolaan sinergi profesional dan pengawasan di lingkungan polri,” ujarnya.
Selain itu, Idham menyatakan akan melanjutkan program pendahulunya Tito Karnavian dalam melakukan penguatan Polri yang Profesional, Modern, dan Terpercaya (Promoter) menuju Indonesia maju.
“Dengan mempertimbangkan capaian program-program prioritas Kapolri sebelumya dan memperhatikan sisa waktu masa pengabdian yang hanya 14 bulan, jika diberikan kepercayaan amanah sebagai Kapolri, saya akan melakukan program penguatan Polri yang Promoter menuju Indonesia maju,” ujarnya. (bustami/syg)