Bernasindonesia.com - Mari kita berkunjung ke penghujung abad 19, dimana Indonesia belum menjadi kata apalagi negara. Kalau pemuda Budi Utomo dkk berfikir secara datar dan tradisional. Mungkinkah terlintas dibenak mereka sebuah negara yang bernama Indonesia. Sehingga mereka mengagas "Sumpah Pemuda" sebagai embrio kemerdekaan Indonesia.
Dapat dipastikan alur pemikiran kaum terpelajar waktu itu sangat radikal dalam arti keluar dari pakem atau logika umum yang berlaku pada waktu itu. Karena kalau mereka menghamba pada hedonisme tentu mereka larut dalam ekosistem kolonial yg pasti menjamin kehidupan ragawi yg sempurna.
Gagasan radikalisme yg bermula dari Britania Raya bukan sesuatu hal yg buruk bahkan telah menginspirasi berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Maka ada puluhan partai politik di dunia ini yang "menjula radikal" sebagai daya tarik.
Sudah menjadi hukum besi kalau pemuda itu peka terhadap rasa keadilan dan tudak sabar hanya bertumpu pada ekosistem berlaku. Maka sering para penguasa melebeli mereka sebagai kelompok radikal.
Jaman kolonial memperlakukan kaum muda yg radikal dengan lebih manusiawi paling tidak ada proses pengadilan walaupun akhirnya dihukum atau dibuang. Tetapi para pemuda tersebut penjaranya dipisahkan dengan kaum kriminal. Paling tidak masih bisa makan roti dan baca buku. Yang pada waktu itu justru sangat susah didapatkan walaupun diluar penjara.
Jaman Bung Karno masih agak manusiawi memplerlakukan kaum muda yang radikal. Mereka dijebloskan ke penjara masih ada proses pengadilan walapun di dicampur dengan para kriminal. Sejarah hanya mencatat satu pemuda yg tertembak yaitu Arief Rahman Hakim.
Jaman Pak Harto pemuda pemuda yang radikal ditangkap diadili dan disekolahkan ke kuar negeri. Tetapi ada juga yg ditembaki peluru tajam seperti kasus tanjung Priok.
Kecuali represif Pak Harto juga menyiapkan perangkat indoktrinasi Pancasila lewat P4 yg dilakukan secara masive dalam segala tingkatan. Walaupun para penatarnya atau juara nya banyak juga yg terlibat korupsi.
Tetapi ada kesalahan fatal dan sangat fondamental yang dilajukan Pak Harto yaitu memberlakukan NKK BKK. Jaman itu radikalisme mahasiswa ditumpas secara sistemik denyan konsep student need student interest dan student welfare. Yang di gagas oleh Daud Yosuf.
Pak Habibie dan Gus Dur adalah tokoh demokrasi yg membiarkan kaum mudanya berfikir radikal. Anehnya jaman SBY yg seorang jendral memberikan kebebasan pemikiran2 radikal yang sangat dinamis.
Jaman Pak Jokowi ini yang nanti akan dicatat sejarah menjadikan " radikalisme" dijadikan hantu disiang bolong. Jaman ini radikalisme khusus disematkan untuk ummat Islam. Mahasiswa memang tidak di cap radikal tetapi teyap saja asa yg ditembak peluru tajam dan digebuki sampai mati. Tanpa ada penjelasan resmi dari aparat apalagi presiden apalagi mengadili aparat yg babar melampui batas.
Bagi saya orang orang Papua di Wamena yang membunuh bayi membakar dokter dan menyiksa warga sipil seperti bukan manusia adalah bukan tindakan radikal tetapi kriminal. Aneh bin ajaib sampai sekarang tidak terdengar beritanya bagaimana hukum ditegakkan. Dalam konteks ini justru pemerintah telah bertindak radikal terhadap korban yg terdzilimi. Selamat hari sumpah pemuda.
Oleh : Imam Widodo
Dapat dipastikan alur pemikiran kaum terpelajar waktu itu sangat radikal dalam arti keluar dari pakem atau logika umum yang berlaku pada waktu itu. Karena kalau mereka menghamba pada hedonisme tentu mereka larut dalam ekosistem kolonial yg pasti menjamin kehidupan ragawi yg sempurna.
Gagasan radikalisme yg bermula dari Britania Raya bukan sesuatu hal yg buruk bahkan telah menginspirasi berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Maka ada puluhan partai politik di dunia ini yang "menjula radikal" sebagai daya tarik.
Sudah menjadi hukum besi kalau pemuda itu peka terhadap rasa keadilan dan tudak sabar hanya bertumpu pada ekosistem berlaku. Maka sering para penguasa melebeli mereka sebagai kelompok radikal.
Jaman kolonial memperlakukan kaum muda yg radikal dengan lebih manusiawi paling tidak ada proses pengadilan walaupun akhirnya dihukum atau dibuang. Tetapi para pemuda tersebut penjaranya dipisahkan dengan kaum kriminal. Paling tidak masih bisa makan roti dan baca buku. Yang pada waktu itu justru sangat susah didapatkan walaupun diluar penjara.
Jaman Bung Karno masih agak manusiawi memplerlakukan kaum muda yang radikal. Mereka dijebloskan ke penjara masih ada proses pengadilan walapun di dicampur dengan para kriminal. Sejarah hanya mencatat satu pemuda yg tertembak yaitu Arief Rahman Hakim.
Jaman Pak Harto pemuda pemuda yang radikal ditangkap diadili dan disekolahkan ke kuar negeri. Tetapi ada juga yg ditembaki peluru tajam seperti kasus tanjung Priok.
Kecuali represif Pak Harto juga menyiapkan perangkat indoktrinasi Pancasila lewat P4 yg dilakukan secara masive dalam segala tingkatan. Walaupun para penatarnya atau juara nya banyak juga yg terlibat korupsi.
Tetapi ada kesalahan fatal dan sangat fondamental yang dilajukan Pak Harto yaitu memberlakukan NKK BKK. Jaman itu radikalisme mahasiswa ditumpas secara sistemik denyan konsep student need student interest dan student welfare. Yang di gagas oleh Daud Yosuf.
Pak Habibie dan Gus Dur adalah tokoh demokrasi yg membiarkan kaum mudanya berfikir radikal. Anehnya jaman SBY yg seorang jendral memberikan kebebasan pemikiran2 radikal yang sangat dinamis.
Jaman Pak Jokowi ini yang nanti akan dicatat sejarah menjadikan " radikalisme" dijadikan hantu disiang bolong. Jaman ini radikalisme khusus disematkan untuk ummat Islam. Mahasiswa memang tidak di cap radikal tetapi teyap saja asa yg ditembak peluru tajam dan digebuki sampai mati. Tanpa ada penjelasan resmi dari aparat apalagi presiden apalagi mengadili aparat yg babar melampui batas.
Bagi saya orang orang Papua di Wamena yang membunuh bayi membakar dokter dan menyiksa warga sipil seperti bukan manusia adalah bukan tindakan radikal tetapi kriminal. Aneh bin ajaib sampai sekarang tidak terdengar beritanya bagaimana hukum ditegakkan. Dalam konteks ini justru pemerintah telah bertindak radikal terhadap korban yg terdzilimi. Selamat hari sumpah pemuda.
Oleh : Imam Widodo