Yudi Latif Paparkan Tantangan Keberagaman di Indonesia

| Senin, 09 Maret 2020 | 15.17 WIB

Bagikan:
BernasIndonesia.com - Indonesia ditakdirkan menjadi bangsa yang majemuk. Selain wilayah yang terbentang luas, Indonesia juga merupakan taman sari dunia, karena segala keragaman manusia di muka bumi ada keturunannya di Indonesia. Karena itu para pemimpin bangsa dituntut mampu mengelola keberagaman ini dengan memperkuat modal sosial (social capital).

Demikian antara lain yang disampaikan intelektual muslim Yudi Latif saat menjadi narasumber dalam Latihan Kepemimpinan Kebangsaan Provinsi Jawa Barat Angkatan Ke-1 yang dilaksanakan PGK Kabupaten dan Kota Sukabumi di Grand Yustik Salabintana Sukabumi.

Yudi menjelaskan, kelima sila dalam Pancasila menggambarkan keragaman Indonesia dari berbagai sisi. Sila pertama menggambarkan keragaman dari sisi agama.

“Indonesia termasuk negara dengan jumlah agama yang paling banyak. Di luar enam agama yang terdaftar di Pemerintah masih banyak pengikut agama-agama lain. Bahkan di Indonesia ada pengikut Yahudi,” kata Yudi.

Keberadaan pengikut Yahudi di Indonesia bisa ditelusuri dari adanya sinagog di Manado dan juga melalui para pekerja di Freeport. Bahkan para pedagang yang mencari rempah-rempah di masa lalu juga ada pedagang Yahudi.

“Di Tanimbar banyak turunan Yahudi, bahkan Armada Belanda pertama yang datang ke Indonesia seperti Cornelis de Houtman itu adalah Belanda-Yahudi. Jadi agama yang dianut masyarakat kita sangat beragam, belum lagi agama lokal seperti di Jawa Barat ada Sunda Wiwitan,” kata Yudi.

Adapun sila Kedua Pancasila menggambarkan keragaman dalam hal asal-usul ras. Yudi menjelaskan, di dunia ini ada tiga rumpun utama ras yaitu Ras Negroid-Melanesoid (berkulit hitam), Ras Mongoloid (berkulit kuning dan cokelat), dan Ras Kaukasoid (berkulit putih).

“Pada perjalanannya mereka kawin dengan warga lokal. Contohnya mengapa di Manado ada banyak orang berkulit putih karena mereka sebagian besar keturunan kaum Kaukasoid atau kulit putih,” jelas mantan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Indonesia (BPIP) ini.

Sedangkan sila Ketiga Pancasila merupakan gambaran dari keragaman etnik. Indonesia menjadi negara multietnik terbesar di dunia dengan lebih 700 etnik.

Sila Keempat menggambarkan aliran dan jaring politik yang beragam, sedangkan Sila Kelima Pancasila menggambarkan lapisan sosial masyarakat yang kompleks.

Oleh karena itu, para pemimpin Indonesia harus mengerti cara mengelola keberagaman ini. Mengutip Bung Hatta, Yudi mengingatkan bahwa siapa saja yang ingin memimpin Indonesia harus memiliki keluasan mental seluas Indonesia dan memiliki kekayaan rohani sebanyak dan majemuk bangsa Indonesia.

“Kalau motivasinya hanya ingin memperkaya diri sendiri jangan bermimpi menjadi pemimpin di Indonesia. Itu bukan melindungi dan menyejahterakan warganya tapi justru mempersulit dan menghisap darah rakyat,” tegas Yudi.

Perkuat Modal Sosial Dalam Mengelola Keberagaman

Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI