Seni di dalam Beragama

| Kamis, 06 Agustus 2020 | 09.09 WIB

Bagikan:
Bernasindonesia.com - Setelah kesadaran ruhaniah diperoleh melalui rasionalitas berpikir, selanjutnya yang mesti dihadirkan dalam bentuk keberagamaan adalah dimensi estetikanya. Dimensi estetika jauh lebih mendalam dari dimensi rasionalitas. Jika dimensi  rasionalitas memerlukan aspek-aspek verifikatip yang bersifat objektif, maka dimensi estetika jauh lebih bersifat subjektif, personal yang kehadirannya tidak melalui bentuk-bentuk narasi dan konsepsi, namun lebih kepada penyertaannya pada setiap aspek prilaku.

Akhlak, dengan demikian sesungguhnya lebih banyak menampilkan dimensi estetika, daripada sekedar dimensi rasionalitas. Namun demikian, mesti ditegaskan bahwa akhlak yang benar, niscaya tidak akan bertentangan dengan rasionalitas. Dengan demikian akhlak bukan hanya menempatkan dimensi rasionalitas pada proporsi yang perlu dan penting, tapi juga menampilkannya dalam bentuk keindahan.

Islam dengan ajaran Al-Quran yang sangat rasional, memiliki kelebihan-kelebihannya dari ajaran yang lain. Akan tetapi, itu tidaklah cukup memadai, tanpa disertai dengan aspek estetika dalam menghadiran nuansa Islami dalam kehidupan.

Lihatlah bagaimana Allah menyampaikan wahyu-Nya yang demikian rasional, sehingga dapat dipahami oleh siapapun yang serius mempelajarinya, namun juga Dia menampilkannya dengan gaya bahasa yang indah, bahkan di dalam keindahannya itulah tersimpan kedalaman khasanah, kekayaan kandungan makna maupun aspek penyembuhan dari ayat-ayat Alquran, dan bukan terletak pada aspek rasionalitasnya. Juga pada penciptaan langit dan bumi, semuanya seimbang, tiada cacat yang dapat ditemukan didalamnya. Demikian pula Allah telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk, semuanya dalam kuasa dan keindahan-Nya

Demikian penting persoalan estetika dalam bergama ini, sehingga hendaknya setiap muslim senantiasa bertanya dengan sesungguhnya, apa maksud Allah mengutus Nabiullah Muhammad SAW untuk menyempurnakan Akhlak. Dalam penyempurnaan akhlak itulah peran aspek estetika demikian penting artinya bagi hadirnya keberagamaan yang sejati.

Pada aspek keindahan inilah universalitas ajaran Al-Quran itu menemukan otentisistas yang sesungguhnya. Patut kiranya menjadi perhatian kita semua, agar masalah estetika dalam berprilaku seyogyanya dapat dihadirkan pada diri setiap kaum muslimin. Itulah sebaik-baik dari syiar Islam.

Sesungguhnya Allah SWT itu Maha Indah dan Allah menyukai keindahan.

Oleh: Hasanuddin

Penulis Tinggal di Depok, Jawa Barat

Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI