Pendidikan tanpa Mendidik

| Senin, 12 April 2021 | 03.40 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com - Bias "pengajaran", yg menekankan pengetahuan kognitif dan keterampilan, membuat dunia  pendidikan pd  umumnya mengabaikan  tugas mendidik. Ki Hadjar  Dewantara mengingatkan bahwa “pendidikan” merupakan sesuatu yg lebih luas dan esensial drpd pengajaran. Pendidikan bermaksud 'menuntun segala kekuatan kodrat yg ada pd anak-anak itu,  agar  mereka  sbg  manusia  dan  sbg  anggota  masyarakat  dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yg setinggi-setingginya'. 


Apa  yang  harus  yg dituntun diaktifkan dlm proses pendidikan adalah  budi-pekerti.  Budi  mengandung  arti “pikiran, perasaan dan kemauan” (aspek batin); pekerti artinya “tenaga” atau "daya" (aspek lahir). Alhasil, pendidikan budi-pekerti mengupayakan olah pikir, rasa, karsa (kreatif), dan raga, yg memungkinkan bersatunya  pikiran,  perasaan  dan  kemauan  manusia yg mendorong kekuatan tenaga yg dapat malahirkan penciptaan dan perbuatan yg baik, benar dan indah. 

Dgn “budi-pekerti”  anak  didik  diharapkan  berdiri  sbg "manusia  merdeka berbudi luhur"; tidaklah berarti manusia individualistis spt dipahami konsepsi libertarian, melainkan individu etis bertanggung jawab pd kebajikan hidup bersama.

Kedalam, pendidikan hrs memberi wahana pd peserta didik utk mengenali kekhasan  potensi  dirinya sekaligus moral purpose hidupnya. Keluar, memberi  wahana  pd anak utk mengenali dan mengembangkan kebudayaan sbg  sistem  nilai, pengetahuan, dan  perilaku (ideal) bersama. Bibit  unggul  individualitas hrs  tumbuh  di  atas  tanah sosialitas Pancasila  yg subur. 

Kali ini saya tampilkan Ibu Henny Supolo Sitepu, Ketua Yayasan Cahaya Guru; tokoh penggiat pendikan holistik, dgn kepedulian yg besar terhadap pendidikan nilai kewargaan. Dan, berikut testimoninya untuk karya saya:

"Saya tidak berani mengatakan buku 'Pendidikan yang Berkebudayaan' favorit saya. Karena saya yakin kang Yudi akan melahirkan karya lain, mengingat perenungan dan kreativitasnya. Tapi saya bisa mengatakan buku ini  membuat saya menemukan berbagai 'momen AHA!' Lalu membayangkan, kalau saja semua pemangku kebijakan pendidikan membacanya, tentunya berbagai keputusan bisa dilakukan secara  lebih matang."

Oleh: Yudi Latif
Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI