Pesan Damai dari Taufiq R Abdullah terkait Politik Pilpres 2024

| Selasa, 29 Agustus 2023 | 02.27 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com - Hajatan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 semakin dekat. Masing-masing partai pengusung dan relawan pendukung bakal capres juga terus bergerak melakukan konsolidasi sampai ke akar rumput. Mereka sama-sama memiliki strategi untuk meraih simpati dari pemilih. Tak jarang, para pendukung ini kerap saling serang dan saling memojokkan satu sama lain. Sehingga menyebabkan terjadinya polarisasi masyarakat.


Anggota Komisi I DPR Taufiq R Abdullah meminta para pendukung masing-masing bakal capres menjaga kondusifitas politik Pilpres. Dia ingin pesta demokrasi lima tahunan yang akan datang berjalan damai. Para tokoh pendukung harus menutup rapat segala celah potensi terjadinya perpecahan masyarakat. 

“Akan memungkinkan terjadi regrouping antara orang yang kemarin berlawanan lalu sekarang berteman. Antara tokoh yang mungkin kemarin keras saling berlawanan sekarang justru bareng,” ujar Taufiq saat dihubungi, Senin (28/8/2023).

Taufiq berujar, pertarungan politik arena Pilpres harus dijadikan momentum pendidikan politik kepada masyarakat luas. Sebab, panggung politik selalu dinamis. Apa lagi lawan politik di masa lalu tidak selamanya akan menjadi rival. Bisa jadi mereka berbeda pandangan dan pilihan pada Pilpres sebelumnya, tapi pada Pilpres 2024 mendatang mereka berada pada satu kolam koalisi. 

“Maka pemahaman soal politik Pilpres oleh masyarakat yang kemarin tercipta atau diciptakan sebagai calon pemilih A, ini adalah jihad, memilih B, ini lawan dari itu jihad. Ini mudah-mudahan tidak terjadi. Karena masyarakat ini kan tergantung tokoh-tokohnya. Kalau tokoh-tokohnya mengatakan bahwa pilih ini, ini akan masuk sorga, pilih ini akan masuk neraka. Nah kalimat ini sebaiknya dhindari oleh tokoh-tokoh,” katanya.

Taufiq menegaskan pendekatan ideologis tidak menjadi soal jika ingin dipergunakan untuk menggaet suara pemilih. Yang menjadi masalah ketika masing-masing pendukung terus menerus menarasikan hal-hal negatif atau black campaign kepada sosok calon pemimpin yang bukan pilihannya. 

“Bahwa pendekatan ideologis digunakan itu enggak apa-apa. Yang penting tidak dalam konteks mengkafir-kafirkan orang, memusrik-musyrikan orang, dan mensetan-setankan orang, itu tidak terjadi lagi,” papar di.

“Ini menarik menurut saya kedepan. Ada kemungkinan nanti yang dulu saling serang itu akan bergabung. Sehingga mudah-mudahan akan memunculkan tema-tema yang simpatik, tema-teman progresif, dan tema-tema berpikir kemajuan Indonesia. Kalau itu terjadi keren dan saya berharap itu,” pungkasnya. 

Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI