Keprihatinan Menciptakan Kreatifitas

| Senin, 17 Februari 2025 | 01.03 WIB

Bagikan:

Bernasindonesia.com - Pagi tadi, tiba-tiba seorang sahabat mengirim pesan. Tentu saja saya tak ingin menjelaskan siapanya. Pertama, tak elok karena belum tentu ia suka di-publish namanya. Kedua, agar kisah ini tak kehilangan fokus dan konteks.


Bunyi pesannya, ia mengajak sarapan pagi mie ayam. Di Warung Mie Ayam Rizki, Pulo Gadung, Jakarta Timur. "Kalau sudah sampai ke gua beritanya, berarti ini mie enak banged. Dan kalau gak pagi-pagi, kita bisa gak kebagian!" Ucapnya dengan gaya dan logat khas-nya. Ternyata, memang enak. 

Sambil menikmati sajian ditemani peyek teri, ia menyampaikan hal yang membuat saya tertegun. Sekaligus terhentak. "Keprihatinan hidup bisa menciptakan kuliner enak wan!" ujarnya.

Pernyataan itu membuat pikiran saya menerawang. Dan mengilhami tulisan ini. Kebetulan -- pada saat yang sama -- dengan beberapa sahabat di Greenlite, kita sedang mempersiapkan "Sempurna Expo 2025: Semarak Pemberdayaan UKM Nusantara". Kolaborasi dengan UCoach, Smart Bussiness Coach dan RRI. 

Nah, Warung Mie Ayam Rizki itu tentu saja masuk kedalam kategori UKM alias usaha kecil dan mikro. Asset dan modalnya less than 50 juta. Tahu harganya berapa per porsi? Kurang lebih Rp 15.000. Karena kita berempat, total hanya 'menghabiskan' Rp 65.000 saja. Termasuk teh panas dan peyek.

Mari kita detailkan hitungan bisnis ukm ini ya. Kenapa? Supaya kita memiliki pengertian sama dan sekaligus memahami mengapa pengusaha ukm ini menjadi pilar ekonomi rakyat kita. Sehingga pada ujungnya kita menaruh respect terhadap mereka.

Jika ia dalam satu hari (4-5 jam berjualan) berhasil menjual 100 porsi/mangkuk maka 100 x Rp 15.000 adalah Rp 1.5 juta per hari. Okay ya? Jika dalam 1 bulan, iya bekerja let's say 25 hari maka Rp 1.5 juta x 25 hari maka omzetnya per bulan: Rp 37,5 juta!

Nah, menurut data Kemenkop-UMKM 2024, jumlah usaha kecil dan mikro di Nusantara telah mencapai 65 jutaan. Sebuah angka yang besar sekali. Fantastis. 

Jumlah ini tentu saja menjadi tumpuan ekonomi nasional juga. Dalam bahasa ekonomi, kontributor signifikan terhadap postur perekonomian nasional. Mengapa? Karena mereka juga memiliki multiplier effects besar. Bahkan terhadap produsen, pabrikan dan industri besar.

Semisal warung mie ayam tadi. Ia  pasti membutuhkan pasokan bahan mentahnya seperti mie, ayam, saos, kecap dan aneka bumbu lainnya. 

Jadi, semakin jelas ya bahwa dari gerobak mie ayam tadi sungguh-sungguh mendorong ekonomi bergerak. Tidak sesederhana yang kita lihat dan kita bayangkan. Tidak omon-omon. 

Kembali ke Warung mie tadi, mungkin kreatifitas ini lahir dari hobi. Pemiliknya mungkin suka memasak dan membuat mie ayam. Mungkin juga lahir dari keinginan. Tapi juga, besar kemungkinan lahir dari kebutuhan dan keprihatinan hidup. 

Yakni untuk bertahan menghidupi keluarganya, ia memilih menjadi pengusaha. Meski skalanya kecil atau mikro. 

Hasil Olah pikir, kreatifitas dan amatannya itu maka pilihan jatuh kepada usaha mie ayam ini. Ia menciptakan usaha sendiri.

Tanpa banyak berbicara, ia terjun bebas dengan penuh keberanian. Pasti dengan modal yang susah payah ia kumpulkan.Pasti juga dengan kesabaran dan ketekunan. 

Hasilnya berbuah manis dan dipetik sekarang. Mie ayamnya laris. Pelanggan rela antri menunggu giliran. Bahkan terdengar hingga sahabat saya itu. 

Jadi, kita semua pantas dan salut serta wajib menaruh hormat terhadap mereka. Para pengusaha kecil dan mikro ini. Keprihatinan hidup tak membuat mereka putus asa. Tak membuat mereka lunglay.

Bahkan, keprihatinan hidup mereka sulap menjadi kreatifitas kuliner mie ayam terbaik dan terenak. Gak percaya? Coba saja mencicipinya!***

Oleh: Nur Iswan

Senior Advisor IndoPolicy & Business Review (IPBR)
Bagikan:
KOMENTAR
TERKINI