Bernasindonesia.com - Kementerian Haji dan Umrah (Kemenhaj) telah memilih dua perusahaan penyedia layanan haji atau syarikah dari hasil lelang kepada 66 perusahaan untuk penyelenggaraan ibadah haji 2026. Dua syarikah tersebut adalah Rakeen Mashariq Al Mutayizah Company for Pilgrim Service dan Albait Guest.
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kiyai Marsudi Syuhud tidak mempermasalahkan dua syarikah yang dipilih pemerintah tersebut. Menurut dia, dua syarikah yang ditunjuk pemerintah sebagai pengalaman baru untuk pelayanan optimal bagi jamaah haji Indonesia.
“Tahun lalu 8 syarikah membingungkan. Itu tergantung manajemennya. Kamarin 8 syarikah kacau kan. Kalau dua (syarikah) itu bisa mensinkronkan sesuatu, itu masalah manajemen. Kalau 8 kemarin malah runyam,” ujar Kiyai Marsudi saat dihungi, Rabu (5/11/2025).
Menurut Kiyai Marsudi, pelayanan haji optimal dan tidaknya tergantung menajemen yang diterapkan pemerintah Indonesia dan dua syarikah tersebut.
“Tergantung skenario kerjanya dari Indonesia kayak apa. Kalau dari Indonesia sudah tertata mau 30 syarikah juga bisa. Misal, hari ini berangkat kloter 1, 2, 3 dan seterusnya yang nangani syarikah A. Hari berikutnya yang berangkat kloter B yang nanganagi syarikah B, sudah terkoordinasi begitu, tahu tempatnya. Jadi tidak bingung. Coba kayak kemarin 1 kloter beda-beda, syarikahnya juga beda-beda. Ya bingung lah,” tandasnya.
Dia lantas mendorong agar jamaah haji Indonesia sudah mendapatkan kartu Nusuk sebelum berangkat ke tanah suci mekah. Kartu Nusuk ini menjadi semacam identitas sekaligus 'tiket' bagi jamaah dalam mendapatkan akses layanan dan juga dalam aktivitas di setiap tahapan ibadah haji.
“Misal kloter 1, mestinya ini milik syarikah mana sehingga penjemputan, sampai hotel, pembagian kamar, makan, itu menjadi mudah. Saya harap ke dapan dengan dua syarikah ini dari berangkat sudah tahu. Kalau bisa perkloter saja biar tidak bingung, kloter ini yang ngurus syarikah A, dan B. Jadi tidak bingung nanti ketika di Saudi atau ketika ngurus kegiatan, baik tempat atau ketering dan lain-lain,” tandasnya.
“Menenurut saya (Nusuk) bagikan di Indonesia. Jadi sudah ada ijinnya semua. Ibaratnya gitu. Kalau memungkinkan setiap jamaah sudah dikasih tahu kloter sekian, hotelnya ada di sini, nusuk sudah di tangan, mungkin itu akan lebih tertib. Jadi tidak perlu bagi-bagi di sana. Jadi sudah dibagi di Indonesia, bahkan tempatnya di mana wilayahnya mana. Ini kan memudahkan koordinasi,” tambah Kiyai Marsudi.
Kiyai Marsudi juga berharap pemerintah dan dua syarikah yang sudah ditunjuk tersebut harus belajar dari pengalaman tidak optimalnya pelayanan jamaah haji asal Indonesia.
“Kita belajar sudah sekian tahun, mestinya tahu plus-minusnya. Maka kekurangan kemarin menjadi bahan perbaikan untuk memperbaiki tahun ini. Kelau kekurangan kemarin masih menjadi persoalan tahun ini itu namanya tidak bergerak manajemennya,” pungkas Kiyai Marsudi.
Untuk diketahui, Kemenhaj sudah memilih dua syarikah haji 2026. Dua syarikah tersebut adalah adalah Rakeen Mashariq Al Mutamayizah Company For Pilgrim Service dan Albait Guest. Sementara kuota haji Indonesia pada 2026 mencapai 221 ribu. Jumlah tersebut terdiri dari kuota haji reguler 203 ribu jemaah lebih dan kuota haji khusus mencapai 17 ribu lebih jemaah.

